tirto.id - Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach berharap kepada para pemimpin G20 untuk tidak menggunakan olimpiade sebagai alat politik. Ia pun menyebut ada beberapa negara ingin menjadikan olimpiade sebagai alat politik.
Dalam sesi makan siang dengan para pemimpin G20 di Bali, Selasa (15/11/2022), Thomas menjelaskan terkait tantangan pelaksanaan Olimpiade 2020 di Tokyo dan Olimpiade 2022 di Beijing akibat pandemi COVID-19.
Kini, tantangan pelaksanaan olimpiade mendatang muncul akibat perang Ukraina dan Rusia. Ia mengaku ada upaya untuk menyingkirkan negara tertentu untuk tidak berpartisipasi dalam olimpiade mendatang.
"Akibat perang, beberapa negara berencana untuk menentukan negara mana yang berpartisipasi dan tidak dalam kompetisi internasional. Mereka melakukan ini sepenuhnya demi kepentingan politik mereka," kata Thomas saat sesi makan siang para petinggi G20 di Bali, Selasa (15/11/2022).
Thomas meminta agar aksi yang bermuatan politis itu tidak dilakukan. Ia mengingatkan bahwa olahraga adalah alat untuk menyatukan berbagai pihak, bukan alat memecah belah.
Presiden IOC menegaskan bahwa Olimpiade harus menjadi alat untuk menyatukan bangsa. Ia pun menyebut beberapa negara untuk tidak menggunakan olimpiade sebagai alat politik.
"Saya berharap kepada pemimpin negara untuk mendukung netralitas olahraga seperti Perancis, Italia, Amerika dan Australia selaku kandidat penyelenggara piala dunia. Setidaknya ada 8 negara G20 akan menjadi tuan rumah olimpiade dan paralimpik mendatang," kata Thomas.
"Oleh karena itu, saya memohon kepada Anda memberikan kesempatan kepada kami untuk berkontribusi pada perdamaian," kata Thomas.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri