Menuju konten utama

Pesan Erick Thohir ke Menteri BUMN Prabowo: Lebur Pangan & Pupuk

Erick Thohir telah menyiapkan rancangan blue print BUMN hingga 2034. Apa saja?

Pesan Erick Thohir ke Menteri BUMN Prabowo: Lebur Pangan & Pupuk
Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan kata sambutan sebelum melepas keberangkatan peserta Mudik Asyik bersama BUMN 2024 di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Jumat (5/4/2024). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/aww.

tirto.id - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, telah menyiapkan rancangan blue print BUMN hingga 2034. Salah satunya rencana integrasi penyatuan sektor pangan dan pupuk.

“Kami punya blue print BUMN sampai tahun 2034, yaitu 10 tahun ke depan salah satunya memperkuat ekosistem. Seperti contoh misalnya sekarang ini yang namanya pupuk dengan pangan kita terpisah, ke depan kita akan jadikan satu ekosistem,” kata Erick dikutip Antara, Jakarta, Senin (6/5/2024).

Erick menekankan, blue print tersebut harus detail dan terperinci, sehingga dapat digunakan oleh siapa pun yang menggantikan posisinya di masa depan. Hal ini akan memastikan kelangsungan rencana dan proyek yang telah dilakukan sebelumnya.

Integrasi antara sektor pupuk dan pangan dianggap penting karena keduanya merupakan bagian dari satu ekosistem yang saling terkait. Namun, saat ini keduanya masih terpisah dan perlu digabungkan agar dapat berjalan secara lebih efisien.

“Pupuk dan pangan karena ini ekosistem. Tidak mungkin kita bicara pangan tanpa pupuk misalnya. Nah ini masih terpisah,” tutur Erick.

Erick juga menyoroti kekurangan dalam sektor pupuk, terutama terkait dengan ketersediaan bahan baku seperti sulfat dan fosfat.

Dalam upaya untuk menjadi produsen pupuk terbesar di dunia, Indonesia perlu memiliki kepastian pasokan bahan baku. Untuk itu, blue print BUMN hingga 2034 juga memperhatikan aspek ini, dengan memberikan fokus pada kepastian pasokan bahan baku untuk industri pupuk.

“Di pupuk sendiri masih banyak kekurangannya yaitu apa? Sumber bahan bakunya seperti sulfat dan fosfat. Itu kan belum terjadi sekarang, kita juga bikin blue print, supaya apa? Kalau kita mau jadi produsen pupuk nomor lima terbesar di dunia bahkan nomor tiga terbesar di dunia, kita harus punya kepastian daripada bahan bakunya. Nah salah satunya itu yang kita dorong ke depannya,” ujar Erick.

Dia menyampaikan blueprint tersebut berlaku selama 10 tahun ke depan, bertujuan untuk memperkuat ekosistem BUMN.

Erick menegaskan pentingnya berpikir jangka panjang untuk memastikan keberlanjutan dan keberhasilan transformasi BUMN, yang membutuhkan waktu yang cukup lama, seperti contoh dari Cina yang memerlukan waktu 18 tahun untuk transformasinya.

“Kalau kita dengan Cina itu perlu 18 tahun. Jadi kalau Cina yang sedemikian masif memperbaiki negaranya perlu 18 tahun, saya rasa tidak mungkin BUMN Indonesia lima tahun,” tutur Erick.

Selain itu, Erick juga membahas tentang perencanaan anggaran, pembagian PMN (Penyertaan Modal Negara), dan deviden untuk tahun-tahun mendatang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kejelasan dan transparansi kepada pihak-pihak terkait, serta untuk menghindari ketidakpastian di masa mendatang.

Erick juga mencatat beberapa masalah yang muncul di masa lalu, seperti ledakan PMN yang tidak terduga dan intervensi dalam kasus korupsi seperti Jiwasraya dan Asabri. Hal ini menunjukkan pentingnya perencanaan yang matang untuk menghindari masalah serupa di masa depan.

Dia menegaskan bahwa perencanaan yang matang sangat penting mengingat kondisi ekonomi global yang semakin tidak pasti, dengan adanya perang tarif antara berbagai negara.

Persaingan ekonomi yang semakin tajam menuntut kesigapan dan kebijaksanaan dalam perencanaan dan strategi untuk menghadapi tantangan yang akan datang.

“Saya buat statement ini bukan menyalahkan siapa siapa, tapi itu introspeksi diri kita bagaimana kita harus lebih baik lagi. Karena kenapa? Kalau kita lihat sekarang globalisasi makin seram kita sudah bisa melihat bagaimana tahun depan yang namanya ekonomi ini cukup menantang,” kata Erick.

Baca juga artikel terkait ERICK THOHIR

tirto.id - Bisnis
Sumber: Antara
Editor: Anggun P Situmorang