tirto.id - “Kita sepakat untuk saling menghormati keputusan politik masing-masing.” Demikian pernyataan Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Prabowo Subianto usai bertemu Ketua Umum DPP Partai Nasdem, Surya Paloh dan jajaran di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Minggu (5/3/2023).
Kepada awak media, Prabowo menegaskan, mereka saling menghormati keputusan partai masing-masing.
Prabowo mengaku, kedua partai juga sepakat untuk menciptakan situasi damai, rukun, dan bersatu saat bersaing. Ia juga menyinggung soal perlunya oposisi dan keberanian untuk menerima kelompok oposisi.
“Kita sepakat bahwa kita ingin suasana bangsa dan negara selalu dalam keadaan damai, dalam keadaan rukun, dalam keadaan bersatu bahwa persaingan, rivalitas itu perlu, bahwa kita tidak boleh takut dengan oposisi,” kata Prabowo.
“Tapi oposisi harus oposisi yang selalu konstruktif, selalu damai dan selalu dalam kerangka NKRI, selalu dalam kerangka Pancasila, selalu dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika,” tutur Prabowo.
Oleh karena itu, Prabowo berharap pemilu akan berjalan damai, konstruktif, dan berkualitas. Ia juga mendorong agar pemilu lebih berkualitas dan lebih jujur. Ia pun mengaku bahwa komunikasi harus lebih intens.
Sementara itu, Surya Paloh menilai, sikap Prabowo bersamanya menandakan bahwa kedua partai memiliki semangat yang sama dan membangun kedewasaan politik di masa depan. Perbedaan sikap saat ini bukan berarti hanya demi kepentingan sesaat.
“Jadi bukan hanya karena dihadapkan pada suatu situasional menghadapi pemilu semata-mata, tapi ada pemilu, sesudah pemilu juga ada kewajiban kami bersama untuk tetap memerankan misi yang besar ini,” lanjut Paloh.
Paloh menegaskan, kedua partai sepakat untuk menjalankan pemilu dengan lebih damai, tenang dan partisipatif bagi semua pihak. Ia meminta, publik juga harus terlibat dalam masalah pemilu mendatang.
Paloh juga mengaku, kedua partai belajar dari masa lalu dalam menghadapi pemilu. Kedua partai pun mempersiapkan sedemikian rupa untuk Pemilu 2024.
“Kami berharap menjadi garda terdepan untuk menjaga suasana pemilu yang lebih stabil, yang lebih tenang. Nah, ini saya pikir karena diperankan sungguh-sungguh, dilaksanakan, teraplikasi di lapangan,” kata Paloh.
Solusi Meminimalisir Polarisasi?
Analis politik dari Universitas Jember, M. Iqbal menilai, pernyataan Prabowo dan Paloh adalah sikap kenegarawanan bahwa mereka ingin bertanding sehat dalam Pemilu 2024. Ia menantikan komitmen dan konsistensi kedua poros terhadap janji untuk bertanding secara elegan dan demokratis.
“Tentu ke depan publik masih akan terus memantau dan menilai konsistensi kedua poros ini, apakah tinggi komitmen menyudahi polarisasi atau sekadar memainkan babak baru politik dramaturgi? Karena tak dipungkiri, dalam dua periode masa rezim Presiden Jokowi, faktanya telah terjadi pembelahan dan reduksi akut keakraban antarwarga akibat polarisasi kekuatan politik,” kata Iqbal, Senin (6/3/2023).
Iqbal menilai, langkah Surya Paloh menemui Prabowo dengan kesepakatan yang terjadi patut diapresiasi bila semata ditujukan untuk menyudahi polarisasi.
“Pertemuan itu bisa menegaskan bahwa kedua poros ini resmi berkompetisi dengan misi koalisinya masing-masing. Apakah final? Tentu saja tidak, karena dalam politik, perubahan bisa terjadi hanya dalam hitungan detik,” kata Iqbal.
Iqbal mengingatkan bahwa politik tidak mengenal kebetulan. Ia mengutip pernyataan mantan Presiden AS Franklin D. Roosevelt bahwa bisa bertaruh aksi pertemuan juga direncanakan agar menjadi soal kegiatan drama tersebut.
Lantas, apakah koalisi PKB-Gerindra dipastikan bertahan? Iqbal menilai, keduanya masih berhubungan dengan kepentingan mutualistik. Mereka saling ingin mendongkrak elektoral partai.
Menurut Iqbal, elektabilitas Prabowo masih belum optimal sehingga Gerindra masih ingin mencari wakil dari kalangan sipil dengan basis nahdliyin demi meningkatkan elektabilitas.
“Saya membaca arah Gerindra tetap memberikan prioritas cawapresnya dari kalangan sipil, khususnya nahdliyin. Membangun koalisi bersama PKB sejatinya patut dibaca sebagai merajut harmoni komunikasi politik dan trust dari simpul jejaring warga NU,” kata Iqbal.
Karena itu, kata Iqbal, nama bakal cawapres Prabowo akan mengerucut pada dua tokoh NU, yakni Muhaimin Iskandar atau Khofifah Indar Parawansa, kader NU dengan elektoral yang paling masuk akal.
“Tentu waktu yang akan menjawabnya. Pastinya, sampai hari ini, Gerindra sudah bersepakat untuk tidak bergabung bersama poros Nasdem. Pasalnya, Gerindra merasa sudah punya modal elektoral tertinggi dan beberapa kali direstui Presiden Jokowi. Sedangkan poros Nasdem sudah terlanjur dianggap sebagai antitesis rezim Jokowi,” kata Iqbal.
Iqbal juga meyakini, koalisi PKB dan Gerindra tidak akan bubar karena kedua partai saling membutuhkan. Akan tetapi, ia menduga Muhaimin akan melakukan manuver cantik jelang pendaftaran nanti demi koalisi Gerindra-PKB.
“Sosok Cak Imin sangat piawai dan teruji memainkan strategi komunikasi politik macam ini. Kita lihat saja nanti. Pastinya, seluruh rakyat merindukan pesta demokrasi Pemilu 2024 berhasil terselenggara penuh harmoni dan menyudahi berakhirnya polarisasi,” tutur Iqbal.
Gerindra & Nasdem Dipastikan Tak Akan Berkoalisi
Analis komunikasi politik dari Universitas Multimedia Nusantara, Silvanus Alvin menilai, pernyataan Prabowo membuktikan bahwa Gerindra dan Nasdem tidak akan berkoalisi meski masih ada kemungkinan bersama.
“Bisa dipastikan 90%, Gerindra dan Nasdem tidak akan berkoalisi. Namun masih ada 10% yang berpotensi di masa mendatang bisa terbuka peluang koalisi,” kata Alvin, Senin (6/3/2023).
Alvin menilai, peluang koalisi masih ada meski minim karena Prabowo pernah merapat ke Jokowi usai kalah pemilu. Dengan kata lain, Prabowo mungkin merapat setelah koalisi muncul.
“Tidak ada yang final di dalam politik,” kata Alvin.
Alvin menuturkan, koalisi akan mulai terang benderang di semua partai pada Juli 2023. Namun, terkait kemungkinan Gerindra tidak mau ke Koalisi Perubahan diduga akibat poros tersebut yang sudah resmi mengusung Anies Baswedan sebagai bakal capres. Sementara Prabowo yang masih punya suara besar dinilai masih layak untuk maju capres 2024.
“Prabowo dengan ketokohan yang masih punya pangsa pasar politik besar, saya kira masih ada keinginan maju. Gerindra sebagai salah satu partai besar di Indonesia tentu ingin punya calonnya sendiri,” kata Alvin.
Alvin menyebut, kondisi Gerindra-PKB seharusnya bisa maju. Ia menilai, Gerindra dan PKB sama-sama merugi jika tidak maju dengan koalisi mereka. Kalaupun terpaksa pecah, ia yakin Prabowo bergeser ke faksi PDIP sebagaimana kisah di masa lalu.
Menurut Alvin, bergeser bersama PDIP akan lebih menjual bagi Gerindra. Di sisi lain, Prabowo punya niat untuk melanjutkan program eks Wali Kota Solo itu, termasuk IKN. Ia juga menilai komunikasi PDIP dengan Gerindra lebih mudah daripada dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) lantaran mereka punya capres-cawapres sendiri.
Namun situasi bisa berubah jika KIB bersama PDIP merapat dan koalisi Gerindra-PKB pecah. “Potensi itu bisa saja. Karena partai pasti mau masuk dalam koalisi yang bisa memberi pengaruh untuk mengusung kandidat capres dan cawapres,” kata Alvin.
Respons Gerindra & PKB
Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra, Habiburokhman memastikan, pernyataan Prabowo menandakan bahwa mereka semakin mantap dalam Pemilu 2024. Ia menyebut koalisi yang mereka bentuk lebih solid.
“Koalisi dengan PKB justru semakin solid,” kata Habiburokhman, Senin (6/3/2023).
Habiburokhman mengatakan, dalam pertemuan Prabowo dan Surya Paloh kemarin, keduanya sepakat untuk menciptakan kondisi bangsa yang sejuk, damai, rukun, dan selalu dalam bingkai persatuan dan kesatuan.
“Pertemuan ini pertemuan sesama warga negara yang ingin mengabdi pada tanah air,” turur Habiburokhman.
Sementara itu, Ketua DPP PKB, Faisol Riza mengungkapkan, pihaknya sudah diajak komunikasi oleh Partai Gerindra mengenai pertemuan Prabowo dengan Surya Paloh. Ia pun menilai pertemuan tersebut tidak keluar dari koridor kesepakatan koalisi Gerindra dan PKB.
“Sudah dikomunikasikan dengan PKB sebelumnya. Sehingga tidak ada masalah yang kita tidak pahami satu sama lain. Semuanya clear," kata Faisol dalam keterangannya.
Hal senada diungkapkan Ketua DPP PKB, Daniel Johan. Ia menyambut positif pertemuan Gerindra-Nasdem. Hal itu biasa terjadi ketika ada perbedaan pandangan. Ia pun menilai wajar Paloh dan Prabowo bertemu.
Di sisi lain, ia mengklaim PKB-Gerindra berkomunikasi dengan baik jelang Pemilu 2024. “Jadi, tidak masalah,” ucap Daniel.
Daniel menjawab optimistis saat disinggung narasi 'saling menghormati' yang dianggap menutup pintu dukungan untuk Anies Baswedan dan menguatkan koalisi PKB-Gerindra. “Solid dong," kata Daniel.
Namun, Daniel enggan berspekulasi ketika disinggung soal peluang Cak Imin sebagai bakal calon wakil presiden mendampingi Prabowo. Ia hanya bilang, keputusan itu diserahkan kepada Prabowo dan Cak Imin.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz