tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2019 berada di level 5,02 persen, melambat dari periode yang sama tahun lalu sebesar 5,17 persen.
“Ada perlambatan. Perekonomian global masih diliputi ketidakpastian tapi 5,02 persen tidak terlalu curam ketimbang negara lain yang juga melambat,” ucap Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Selasa (5/11/2019).
Dari sektor usaha, pertumbuhan PDB tertinggi dialami dari sektor jasa lainnya, yakni tumbuh 10,72 persen. Disusul, jasa perusahaan sebanyak 10,22 persen dan jasa kesehatan atau kegiatan sosial sebesar 9,19 persen.
Namun demikian, kontribusinya pada struktur PDB terbilang minim, sehingga dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi tidak signifikan. Secara berturut-turut, sumbangannya masing-masing sebesar 1,95 persen, 1,91 persen, dan 1,08 persen.
Kemudian, sektor usaha yang menyumbang pertumbuhan PDB nasional tertinggi, yakni sektor industri justru melambat dari 4,35 persen ke 4,15 persen secara yoy. Di posisi kedua, sektor pertanian juga melambat dari 3,66 persen ke 3,05 persen. Perlambatan juga terjadi di sektor perdagangan, konstruksi dan pertambangan.
Sementara itu dari sisi pengeluaran, pertumbuhan konsumsi rumah tangga menjadi satu-satunya komponen pengluaran yang tidak melambat. Sementara lainnya mengalami perlambatan. Misal, ekspor dari 7,52 persen menjadi 0,02 persen.
Konsumsi pemerintah juga melambat dari sebelumnya 6,27 persen menjadi 0,98 persen secara yoy. Hal ini juga sejalan dengan realisasi belanja pemerintah yang hanya mencapai Rp2.461 triliun ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya Rp2.221 triliun.
“Kalau digabungkan semuanya, pertumbuhan ekonomi masih utamanya dari konsumsi rumah tangga. Sumber kedua tersisa ekspor karena impor turun dalam,” ucap Suhariyanto.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Ringkang Gumiwang