Menuju konten utama

Pertumbuhan Ekonomi Cina Turun di Tengah Perang Tarif AS

Pertumbuhan ekonomi turun jadi 6,2 persen pada kuartal II 2019, dibanding kuartal sebelumnya yang berada di posisi 6,4 persen.

Pertumbuhan Ekonomi Cina Turun di Tengah Perang Tarif AS
Ilustrasi kota Beijing. FOTO/ Istockphoto/ Getty Images

tirto.id - Pertumbuhan ekonomi Cina menurun hingga titik terendah dalam 26 tahun ini pada Juni 2019. Hal tersebut menambah tekanan pemerintah Cina untuk segera mengupayakan perundingan tarif dagang dengan AS.

Cinai mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 6,2 persen atau menurun dari kuarter sebelumnya yang mencapai 6,4 persen, menurut laporan pemerintah pada Senin (15/7/2019), dilansir Associated Press.

Proyeksi sebelumnya menyebutkan ekonomi Cina akan melambung pada akhir 2018, tetapi keputusan Trump menaikkan tarif pajak impor barang Cina menggagalkan perkiraan tersebut. Kenaikan tarif diduga adalah taktik AS untuk menekan pertumbuhan Cina, terutama sektor teknologi.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini diduga akkan terjadi hingga tahun depan. Pemerintah Cina meningkatkan pengeluaran jumlah pinjaman bank agar tetap bisa memenuhi target pertumbuhan ekonomi di rentang 6 persen hingga 6,5 persen dan menghindari PHK besar-besaran.

Namun, penjualan mobil ikut memburuk. Di pertengahan tahun ini, lingkungan luar mungkin masih rumit, kata Mao Shengyong, seorang juru bicara pemerintahan.

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal ini adalah yang paling lambat sejak tahun 1993. Pada kuartal pertama 2009, pertumbuhan ekonomi hanya 6,1 persen tapi pada kuartal berikutnya melesat menjadi 6,4 persen.

Konsumen yang gelisah akan perang tarif AS-Cina menunda membeli barang dalam jumlah besar, menekan permintaan mobil, alat rumah tangga, dan barang-barang lainnya.

“Saya pikir perekonomian negara tidak sebagus kelihatannya,” kata Peng Tao, kurir barang yang memiliki pendapatan 750-850 dolar AS/bulan.

“Tentu saja Cina lebih terluka [daripada AS] di perang dagang ini [...] Saya tidak begitu senang dengan prospek pekerjaan karena memang tidak ada banyak kesempatan kerja diluar sana,” lanjutnya.

Masih menurut AP News, International Monetary Fund (IMF) dan beberapa ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi Cina hanya 6,2 persen. Pertumbuhan penjualan sektor retail melambat menjadi 8,4 persen di semester pertama 2019 atau turun 0,1 poin dari kuartal pertama.

Penjualan mobil, yang dilaporkan sebelumnya, jatuh 7,8 persen pada Juni, mengguncang pasar otomotif sepanjang tahun. Ekspor kendaraan Cina ke AS juga turun 7,8 persen pada Juni daripada tahun lalu.

Biro statistik Cina menyebut perekonomian sedang menghadapi situasi kompleks dengan banyaknya ketidakpastian, CNBC melansir. Selain itu, negara panda ini juga menghadapi tekanan yang mengguncang kestabillan perekonomiannya.

“Ketidak pastian yang disebabkan oleh perang dagang Cina-AS adalah faktor penting dan kami pikir ini akan bertahan lama,” kata Tom Rafferty, kepala ekonomis di uUnit Intelijen Ekonomi Cina.

“Bisnis masih skeptis dua negara akan meraih kesepakatan dalam perdagangan dan menyadari bahwa ketegangan akan kembali terjadi.”

Analis lainnya juga mengatakan akan memantau lebih dekat para pekerja Cina untuk melihat perekonomian lebih dalam.

Selain itu, masih menurut CNBC, ada kekhawatiran tersendiri akan bagaimana perlambatan ekonomi Cina ini akan berpengaruh pada ekonomi global jangka panjang.

Dengan perlambatan ekspor Cina, “yang lebih mengkhawatirkan adalah menurunnya impor Cina yang mengibarkan efek rantai pasokan yang akan melukai perekonomian Asia secara keseluruhan, karena Cina adalah pasar utama,” kata Vishnu Varatha, kepala Strategi Ekonomi Asia dan Oceania di Mizuho Bank pada Senin (15/7/2019).

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Ekonomi
Kontributor: Anggit Setiani Dayana
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yantina Debora