tirto.id -
Mengutip Reuters, serangan itu membuat Saudi Aramco tak bisa beroperasi maksimal hingga membuat Kerajaan Arab Saudi memangkas 50 persen total produksi harian yang mencapai 11,2 juta barel per hari, menjadi hanya 5,7 juta barel per hari.
VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman mengatakan, pihaknya masih memantau mahalnya harga minyak dapat membuat beban pokok Pertamina juga bengkak.
Pasalnya RI masih mengimpor minyak dari dalam jumlah cukup besar untuk menutupi kekurangan pasokan dalam negeri.
“Kalau harga minyak naik, akan berimbas pada beban pokok yang juga akan naik, karena memang pertamina masih ada impor crude dan produk BBM,” tutur Fajriyah dihubungi Tirto, Kemarin (15/9/2019).
Ia juga belum bisa memastikan apakah serangan di Arab Saudi akan berdampak langsung ke Pertamina dan pasar minyak mentah dalam negeri.
Pertamina sendiri punya kontrak pembelian minyak dari Saudi Aramco, namun untuk jadwal pengiriman akhir bulan September sehingga belum bisa dilihat dampknya dalam waktu dekat.
“Info dari tim Aramco, keadaan akan segera dinormalisasi. Pertamina memang masih ada import crude dari Aramco, namun dari hasil koordinasi sampai saat ini semua masih on schedule. Karena memang penjadwalan pengiriman masih di sekitar akhir bulan,” imbuhnya.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Hendra Friana