tirto.id -
Greenpeace Indonesia, dalam siaran pers, Senin (16/4/2018) menyatakan, sebelum ada perluasan, PLTU tersebut telah mencemari lingkungan dan menyebabkan masalah kesehatan bagi masyarakat setempat. Selain itu, PLTU mengakibatkan para petani dan nelayan kehilangan mata pencaharian karena hasil tangkapan dan panen berkurang.
"Memperluas PLTU Celukan Bawang adalah pengkhianatan bagi masyarakat Bali oleh Gubernur Bali dan perusahaan pengembangnya,” ujar Didit Haryo, Jurukampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia.
PLTU Celukan Bawang hanya berjarak 20 km dari Pantai Lovina, kawasan wisata pantai populer di Bali yang terkenal karena berpasir hitam, terumbu karang, dan lumba-lumba. Menurut Greenpeace, Lumba-lumba khususnya akan terpengaruh oleh peningkatan lalu lintas kapal dan kebisingan dari mesin kapal. Peningkatan polusi juga menyebabkan wisatawan pergi. Hal ini mempengaruhi mata pencaharian masyarakat yang bekerja di sektor ini.
Selain itu, Greenpeace mencatat, PLTU Celukan Bawang menimbulkan risiko kelestarian satwa-satwa langka dan lindungi di Taman Nasional Bali Barat.
LBH Bali menilai rencana perluasan PLTU Batubara Celukang Bawang tidak bisa dibiarkan berlanjut. "Kami sekarang sedang mengajukan gugatan untuk menghentikan proyek, belum ada konsultasi publik tentang rencana perluasan, yang dipaksakan tanpa penilaian dampak lingkungan yang sesuai dengan hukum," ujar Dewa Putu Adnyana, dari LBH Bali.
Gugatan telah dilayangkan Perwakilan masyarakat Celukan Bawang bersama Greenpeace Indonesia didampingi kuasa hukum terhadap keputusan Gubernur Bali dengan nomor SK No. 660.3/3985/IV-A/DISPMPT tentang izin lingkungan PLTU Celukan Bawang 2 X 330 MW, ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) pada 24 Januari 2018.
Menurut Greenpeace Indonesia, PLTU Celukan Bawang dikembangkan oleh sekelompok perusahaan, termasuk Cina Huadian Engineering Co, Ltd (CHEC), Merryline International Pte. Ltd (MIP) dan PT General Energy Indonesia (GEI), dengan perkiraan total investasi mencapai 700 juta USD, didukung oleh China Development Bank.
Di dalam negeri Cina sendiri mengalami polusi akut akibat ketergantungan dengan batu baru sebagai bagian industrialisasi besar-besaran di negeri itu. Baru-baru ini mereka beralih dari energi fosil ke energi terbarukan.
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH