Menuju konten utama

Peringatan Tragedi Tiananmen 4 Juni di Hong Kong: "Melawan Lupa"

Peristiwa Tiananmen merupakan aksi protes untuk memperjuangkan kebebasan dan demokrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa pada tahun 1989. 

Peringatan Tragedi Tiananmen 4 Juni di Hong Kong:
(Ilustrasi) ribuan orang menghadiri peringatan Tiananmen di Hong Kong. Ini saat peringatan 25 tahun peristiwa Tiananmen. foto/istockphoto

tirto.id - Setiap tanggal 4 Juni sejak tahun 1990, warga Hong Kong akan beramai-ramai turun ke jalan dan bergabung ke dalam aksi "Nyala lilin", untuk melawan lupa tentang tragedi berdarah yang merenggut ratusan nyawa di Tiananmen Square tiga dekade silam: Peringatan Tragedi Tiananmen.

Namun, peringatan tahun ini akan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk pertama kalinya dalam 30 tahun terakhir, polisi dan otoritas setempat telah melarang peringatan Tragedi Tiananmen.

Kepolisian Hong Kong pada Senin (1/6/2020) lalu menjelaskan, bahwa pelarangan aksi tahunan tersebut karena alasan kebijakan pembatasan sosial akibat pandemi virus corona, serta jika keramaian tetap diijinkan maka “akan menjadi ancaman besar bagi kehidupan dan kesehatan masyarakat umum."

Sementara Ketua Aliansi Hong Kong Lee Cheuk-yan mengatakan, bahwa hal tersebut hanya menjadi dalih pemerintah saja untuk melarang aksi yang menjadi peringatan tentang pelanggaran HAM di Cina.

"Saya tidak mengerti mengapa pemerintah menemukan aksi unjuk rasa politik tidak dapat diterima, sementara itu memberi lampu hijau untuk dimulainya kembali sekolah dan layanan lainnya mulai dari restoran, karaoke hingga kolam renang," kata Lee, dikutip dari Channel News Asia, Selasa (2/6/2020).

Hong Kong sendiri sudah mulai melonggarkan kebijakan lockdown dengan membuka sejumlah restoran dan tempat hiburan, setelah mereka berhasil mengendalikan virus di negara mereka dengan mencatat lebih dari 1.000 kasus dan empat kematian.

Bagaimana Peringatan Tiananmen Tahun Ini?

Kepada South China Morning Post, Ketua Aliansi Lee Cheuk-yan mengatakan, bahwa tahun ini jelas akan akan berbeda karena adanya pelarangan mengadakan keramaian yang ketat dari pemerintah. Namun, ia memastikan bahwa peringatan tahun ini akan tetap eksis.

"Ketika seluruh Cina berada dalam kegelapan, di Hong Kong, kita masih bisa mempertahankan ingatan tentang tragedi ini, untuk berjuang melawan lupa," kata Lee.

Tahun-tahun sebelumnya, peringatan Tragedi Tiananmen akan berlangsung selama berjam-jam dengan “nyala lilin” di sepanjang area Causeway Bay Hong Kong.

Bersama para aktivis, korban, dan saksi tindak kekerasan tragedi itu, mereka akan berbagi kisah di atas panggung yang telah dibuat sambil menyanyikan lagu-lagu seperti “Flower of Freedom” dan “All of Freedom”, yang ditulis untuk mengingat tragedi tersebut.

Selain itu, peringatan tahunan ini juga menjadi wadah strategis bagi penggalangan dana untuk menyokong aliansi dan juga kerja aktivisme.

Tahun lalu saja, aliansi menerima rekor tertinggi donasi sebesar 2,75 juta dolar Hong Kong, yang kata Lee, sebagian besar digunakan untuk pengelolaan Museum 4 Juni dan membayar gaji beberapa buruh penuh waktu.

Sementara tahun ini, mantan pemimpin mahasiswa Cina, yang menjadi anggota dewan distrik oposisi lokal, Wang Dan, berkata bahwa ia akan membantu aliansi mengadakan peringatan secara daring dan mendirikan 100 stan di seluruh kota untuk membagikan lilin.

Di Hong Kong, sebuah pertunjukan teater bertema 4 Juni akan dibuat dan disiarkan secara langsung yang bisa disaksikan publik pada hari Rabu (3/6/2020).

Sementara itu, setidaknya ada tujuh gereja yang akan mengadakan peringatan di malam hari, khusus untuk mengenang para korban penumpasan dan berdoa untuk keadilan serta perdamaian di Cina dan Hong Kong.

Peristiwa Tiananmen atau Tiananmen Square Protests, yang diperingati tiap 4 Juni sendiri merupakan aksi protes untuk memperjuangkan kebebasan dan demokrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa pada tahun 1989.

Mengutip History, pemicu aksi protes tersebut adalah melambungnya harga kebutuhan pokok dan serangkaian aksi menuntut kebebasan. Para mahasiwa pro-demokrasi mengkritik penguasa dan keluarga beserta kroninya, yang memiliki keistimewaan khusus yang amat diuntungkan dalam sistem perekonomian terpimpin ketika itu.

Aksi damai dibalas dengan tindakan represif pemerintah Cina, dengan pengerahan Tentara Pembebasan Rakyat yang mulai menembaki para demonstran. Korban berjatuhan, berbagai sumber menyebutkan jatuhnya korban jiwa diperkirakan ratusan hingga 2000 an orang.

Sehari setelah “hari penumpasan”, dilansir dari The New York Post, peristiwa itu menghasilkan salah satu gambar yang paling tak terlupakan dalam sejarah jurnalisme visual: “foto seorang lelaki berkemeja putih berdiri di depan empat tank.”

Baca juga artikel terkait HONG KONG atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Yantina Debora