Menuju konten utama

Peringatan Hari Sejarah 2019 Bahas Pembelajaran Berbasis Teknologi

Peringatan Hari Sejarah 2019 diharapkan dapat menyempurnakan metode dan metodologi pembelajaran sejarah yang menarik bagi generasi Z.

Peringatan Hari Sejarah 2019 Bahas Pembelajaran Berbasis Teknologi
Anak-anak ditemani orang tua, mengunjungi Museum Sumpah Pemuda di Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat, Minggu (28/10/2018). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

tirto.id - Peringatan Hari Sejarah 2019 baru saja rampung diselenggarakan. Acara yang digelar pada 4-6 Desember 2019 oleh Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud kali ini mengusung tema “Membayangkan Indonesia di Hari Depan.”

Acara dilangsungkan di Aston Priority Simatupang Hotel & Conference Center, Jakarta Selatan. Dikemas ke dalam lima panel seminar dengan menghadirkan 100 orang pemakalah. Mereka terdiri dari dosen, guru sejarah, dan pemerhati sejarah dari seluruh Indonesia.

Peringatan Hari Sejarah 2019 diharapkan dapat menyempurnakan metode dan metodologi pembelajaran sejarah yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi. Salah satu panel diskusi dikhususkan membahas masalah ini yang fokus pada rumusan metode belajar yang menarik bagi kelompok Generasi Z.

“Ada gap antara generasi pengajar yang terdiri dari generasi Baby Boomer dengan siswa dari kelompok Generasi Z. Para pengajar dari generasi yang lahir setelahnya diharapkan dapat menjembatani gap ini melalui penggunaan teknologi,” ujar Yati Mulyawati, guru sejarah dari SMA Negeri 1 Ciawi.

Menurut Yati, gap itu hanya bisa dihilangkan dengan mengubah gaya pembelajaran sejarah menjadi lebih menarik. Ia mengusulkan agar proses ajar yang membosankan di kelas diganti dengan Project Base Learning melalui tugas pembuatan vlog sejarah secara berkelompok.

“Ekspresi mereka [para siswa] sangat berbeda antara dalam kelas dengan saat membuat vlog. Di kelas lebih kaku, di sini [vlog] mereka lebih cair,” ungkapnya.

Usulan lain datang dari Galih Puji Mulyadi, guru sejarah dari SMA Negeri 1 Geger Madiun. Menurutnya, nilai-nilai kesejarahan akan lebih bermakna apabila bahan ajar kesejarahan diberikan menggunakan metode Immersive Historical Experience. Salah satu caranya ialah dengan memanfaatkan teknologi virtual reality.

“Melalui metode ini kita bisa membawa lingkungan museum ke dalam kelas sehingga siswa dapat melihat kondisi museum itu seperti apa,” tandasnya.

Baca juga artikel terkait SEJARAH atau tulisan lainnya dari Indira Ardanareswari

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Indira Ardanareswari
Penulis: Indira Ardanareswari
Editor: Widia Primastika