Menuju konten utama

Peringatan Hari Santri 22 Oktober 2019, NU Gelar Khataman Alquran

JQH NU akan menyelenggarakan Sejuta Khataman Al-Qur’an untuk memperingati Hari Santri 2019

Peringatan Hari Santri 22 Oktober 2019, NU Gelar Khataman Alquran
Santri mengikuti kirab pada kegiatan Festival Santri di Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (22/10/2018). Peringatan Hari santri Nasioanal di Kabupaten Banyuwangi, dikemas dalam agenda Banyuwangi Festival dengan kegiatan pawai melibatkan 22 ribu santri dari berbagai daerah. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/aww.

tirto.id - Hari Santri 2019 jatuh pada Selasa tanggal 22 Oktober. Untuk memperingati Hari Santri ini, Jam'iyatul Qurra Wal Huffadh (JQH) Nahdlatul Ulama akan menyelenggarakan Sejuta Khataman Al-Qur’an.

Agenda ini dimulai pada 15 hingga 31 Oktober 2019. Khataman ini akan dibuka oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di Gedung PBNU. Khataman ini diselenggarakan sebagai wujud syukur atas pengesahan Undang-Undang Pesantren beberapa waktu lalu, dan untuk keselamatan bangsa.

Pada tanggal 15 Oktober 2015, Presiden Joko Widodo resmi menandatangani Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 tentang penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Penetapan Hari Santri Nasional itu dinilai untuk menghargai jasa para santri yang terlibat dalam memperjuangkan kemerdekaan RI.

"Kegiatan khataman Al-Quran ini akan diresmikan oleh Ketua Umum PBNU pada tanggal 15 Oktober 2019 di kantor PBNU dengan secara simbolis Ketua Umum PBNU dengan dimulai membaca Surat Al-fatihah, dilanjutkan beberapa ayat Surat Al-Baqarah, yang direkam dan diviralkan secara nasional," kata Ketua Umum JQH NU H Saefullah Maksum dilansir NU OnlineRabu (16/10/2019).

Saefullah menjelaskan, khataman Al-Qur’an dapat dilaksanakan dengan hafalan (bil ghaib) dan dengan melihat (bin nazhar). Khataman ini dapat dilakukan secara sendiri-sendiri oleh masyarakat/anggota organisasi dan secara berjamaah.

Ia mengajak umat Islam, khususnya warga NU untuk selalu menghidupkan Al-Qur’an dengan cara membaca dan menjadikannya sebagai pedoman dalam perilaku sehari-hari.

“Membaca Al-Qur’an tidak hanya di bulan Ramadhan, tetapi sepanjang waktu. Jadi ingin kembali supaya hari kita diselimuti, diramaikan, dan dihiasi oleh Al-Qur’an,” kata Saefullah.

Tanggal 22 Oktober dipilih sebagai Hari Santri Nasional karena menjadi tanggal bersejarah, yakni ketika pendiri NU, Hadratus Syaikh Hasyim Asya’ri, memaklumatkan fatwa yang monumental, yang disebut dengan Resolusi Jihad.

Fatwa itu menginspirasi perlawanan masyarakat terhadap Pasukan Sekutu (NICA) pada tanggal 10 November 1945. Inti dari fatwa ini ialah membela tanah air dari penjajah hukumnya fardlu’ain (wajib) bagi setiap individu.

Baca juga artikel terkait HARI SANTRI atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Agung DH