tirto.id - Adanya peribahasa yang berbunyi "lidah memang tak bertulang, tetapi bisa lebih tajam dari pedang". Ia menunjukkan betapa pentingnya lidah bagi masyarakat Indonesia yang kuat tradisi lisannya.
Tentu saja, lidah adalah organ yang memungkinkan manusia untuk berbicara. Tanpa lidah, tidak akan ada ceritera dari masa lampau. Tanpa lidah, tidak akan ada jati diri sebagai sebuah bangsa. Tanpa lidah, kita bukan siapa-siapa.
Namun, sebagai organ, fungsi lidah bukan hanya untuk membantu memperjelas suara yang dihasilkan pita suara serta membentuk kata-kata. Peran krusial lidah lainnya adalah sebagai indera pengecap, mengenali tekstur makanan, membantu kita menelan makanan, hingga memproduksi air liur. Dari sini saja sudah bisa disimpulkan betapa pentingnya lidah bagi manusia.
Selain itu, ada satu fungsi lidah lagi yang mungkin belum banyak diketahui. Yakni, bagaimana bentuk, warna, serta tekstur lidah dapat memberikan informasi penting mengenai kondisi kesehatan seseorang. Padahal, ilmu ini sebenarnya sudah dikenal sejak lama, khususnya oleh masyarakat tradisional Tiongkok. Mereka beranggapan, bagian-bagian lidah tertentu memiliki kaitan dengan organ dalam.
Kepercayaan lama Tiongkok itu rupanya bisa bertahan melewati gerusan zaman karena ilmu kedokteran modern pun mengamini hal tersebut. Jiwon Lim, salah satu dokter gigi di National Institutes of Health Clinical Center Britania Raya, berkata, "Wujud lidah bisa mengatakan banyak hal tentang kesehatan kita. Lidah bisa menunjukkan ketika tubuh kita tidak bekerja sebagaimana mestinya."
Warna Lidah
Lantas, bagaimana sebenarnya wujud lidah yang ideal?
Dari segi bentuk, sebetulnya tidak ada standar yang pakem karena setiap manusia memiliki bentuk lidah berbeda-beda. Akan tetapi, secara umum, lidah yang sehat akan berwarna kemerahan—tingkat kegelapannya merentang dari merah muda pucat sampai merah tua. Di atasnya, akan ada lapisan keratin tipis berwarna keputihan.
Lidah juga memiliki bintil-bintil kecil bernama papila yang salah satu fungsinya adalah sebagai indera perasa.
Biasanya, perubahan pada tubuh bisa dilacak dengan mudah dengan melihat kondisi lidah. Adanya perubahan warna, misalnya, bisa mengindikasikan sesuatu. Namun, tidak semua perubahan warna bisa dibilang berbahaya. Misalnya, ketika mengonsumsi makanan atau minuman tertentu, lidah kita akan dengan mudah berubah warna. Pun demikian halnya ketika kita tengah mengonsumsi obat-obatan tertentu.
"Obat-obatan seperti antibiotik bisa mengubah warna lidah menjadi kebiruan bahkan kehitam-hitaman," tutur Frank Scannapieco, ahli kesehatan mulut dari University of Buffalo, kepada The Guardian.
Umumnya, perubahan warna yang diakibatkan konsumsi makanan, minuman, atau obat-obatan tertentu itu bakal dengan cepat berlalu dan lidah akan kembali ke warna aslinya. Nah, oleh karena itu, yang harus benar-benar diperhatikan adalah ketika lidah mengalami perubahan warna tetapi tidak kunjung kembali ke warna aslinya.
Ada beberapa warna lidah tidak normal yang mesti Anda sikapi secara serius dengan segera berobat ke dokter. Pertama, warna lidah merah cerah atau "lidah stroberi". Jika kondisi itu disertai tekstur bergelombang, ini dapat menjadi tanda beberapa kondisi, termasuk alergi, penyakit Kawasaki, sindrom syok toksik, demam scarlet, dan kekurangan vitamin B12.
Bercak putih pada lidah juga bisa menunjukkan kondisi yang berbeda, tergantung pada teksturnya. Bercak putih susu yang terasa sakit saat disikat atau dikikis dapat menjadi tanda sariawan mulut. Ini adalah jenis infeksi jamur yang lebih sering terjadi pada bayi, lansia di atas 65 tahun, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Biasanya, kondisi ini diobati dengan obat antijamur. Jika bercak putihnya tebal dan tidak dapat dikikis, ini mungkin merupakan tanda leukoplakia, yang kadang dianggap sebagai kondisi prakanker.
Kemudian, lidah dengan lapisan kuning kehijauan menunjukkan kebersihan mulut yang kurang baik dan ini biasanya tampak pada perokok. Ada pula bercak merah dengan batas putih yang terangkat, yang dikenal sebagai "lidah geografik" karena bercak-bercak ini cenderung berpindah-pindah, muncul di area yang berbeda dari hari ke hari.
Lidah geografik tidak menimbulkan rasa sakit, jinak, dan tidak bisa disembuhkan.
"Kami tidak tahu apa yang menyebabkan lidah geografik," kata Lim. Dia menambahkan bahwa beberapa literatur menunjukkan ini mungkin merupakan kondisi autoimun dan, pada beberapa pasien, berkaitan dengan tingkat stres yang lebih tinggi.
Luka kecil pada lidah atau jaringan lunak di mulut kemungkinan adalah sariawan. Menurut Mayo Clinic, luka ini bisa disebabkan oleh cedera mulut, seperti menggigit lidah sendiri atau iritasi dari kawat gigi, serta faktor lain, seperti stres, perubahan hormon, beberapa alergi, dan sensitivitas makanan tertentu. Luka ini juga bisa menjadi tanda kondisi autoimun tertentu, seperti penyakit Crohn atau penyakit celiac.
Terakhir, lidah dapat tampak hitam atau coklat gelap jika papila tidak terkelupas secara teratur dan tumbuh lebih panjang dari biasanya. Kondisi itu bisa membuat bakteri dan kotoran tertahan di mulut. Hal ini bisa menyebabkan kondisi yang disebut "lidah hitam berbulu."
Kondisi ini lebih sering ditemukan pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Pada pasien HIV dengan sel darah putih CD4 yang rendah, misalnya, tubuh mereka mungkin tidak mampu melawan bakteri atau jamur sehari-hari yang kemudian menumpuk di mulut.
Untuk menjaga kesehatan lidah sendiri caranya sangat mudah, yaitu dengan menyikat gigi dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride. Bila perlu, gunakan pula pengerok lidah untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel. Selain itu, rutin ke dokter gigi juga perlu dilakukan supaya jika ada sesuatu yang berbeda dengan lidah dan memerlukan penanganan khusus bisa segera ditindaklanjuti.
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Fadrik Aziz Firdausi