tirto.id - "Perkenalkan; 'Solv,' logo baru Gojek yang mewakili semua solusi untuk masalah sehari-hari, karena bersama Gojek, #PastiAdaJalan!"
Ya, aplikasi super atau super-app ini kembali bersalin muka untuk yang ketiga kalinya. Kali ini, identitas visual Gojek semakin sederhana. Jika pada awalnya Gojek dikenal melalui logo 'pengemudi motor bersinyal,' kini logo yang digunakan berupa lingkaran cincin bundar dilengkapi bulatan titik ditengahnya yang disebut dengan 'Solv.'
Melalui akun twitter-nya, Gojek Indonesia mengungkapkan bahwa Solv merupakan bentuk universal dari beragam solusi. Melalui keterangan resminya, upaya rebranding ini dilakukan untuk merefleksikan evolusi bisnis dari awalnya berupa layanan transportasi roda dua menjadi pengelola super-app di Indonesia yang menyediakan 22 layanan.
"Gojek berawal dari layanan transportasi roda dua dan masih memberikan layanan itu hingga kini, tapi misi kami telah meluas dari sekedar layanan itu … Intinya kami perlu berubah. Kami membutuhkan tampilan yang akan mencerminkan mengapa kami ada, apa yang kami yakini, dan ke mana tujuan kami," tulis UX Lead GOJEK Fatema Raja melalui blog engineering Gojek.
Hal senada juga ditegaskan oleh Nadiem Makarim selaku CEO Gojek Indonesia. Ia mengatakan bahwa perubahan logo melambangkan satu logo untuk semua. Lingkaran dalam logo baru Gojek mewakili ekosistem Gojek yang semakin solid memberikan manfaat untuk semua.
"Logo ini mewakili semangat kami untuk selalu menawarkan cara pintar dalam mengatasi tantangan yang dihadapi para pengguna untuk hidup yang lebih mudah bagi konsumen. Untuk akses pendapatan tambahan yang lebih luas dari mitra, untuk peluang pertumbuhan bisnis yang pesat bagi para merchant, dan masih banyak lagi. Dengan Gojek #PastiAdaJalan. Itu intinya," jelas Sang CEO.
Mengapa Perusahaan Mengganti Logo?
Giuseppe Tomasi di Lampedusa, penulis asal Italia yang terkenal karena novelnya yang berjudul The Leopard (1958), menuliskan, "If things are to remain the same, then things must change," yang berarti "Jika semuanya tetap sama, maka semuanya harus berubah."
Michael Dula dalam salah satu tulisan berjudul "Why Logos Change" yang terbit di laman Branding Business mengungkapkan bahwa quote Guiseppe itu bisa diaplikasikan sebagai kebenaran bisnis yang tidak dapat berubah: Ketika perusahaan berevolusi dan berubah sesuai dengan dinamika pasar, begitu juga dengan merek (atau logo) mereka.
Michael memberikan contoh sejumlah perusahaan yang melakukan penyegaran pada logo mereka. Starbucks salah satunya. Dalam logo yang baru mereka tak lagi menggunakan kata 'coffee,' melainkan hanya fokus pada gambar putri duyung mereka yang ikonik. "Ini untuk menandakan bahwa bisnis perusahaan meluas tak hanya kopi melainkan minuman lain dan logo maupun merek perusahaan harus relevan dengan strategi perkembangan bisnis," tulis Dula.
Michale F. Walsh, dkk dalam studi berjudul "Do Logo Redesigns Help or Hurt Your Brand? The Role of Brand Commitment" (2012) menuliskan bahwa sebagai elemen merek, logo dapat didefinisikan sebagai representasi grafik atau gambar yang memicu asosiasi memori. Pentingnya logo yang kuat secara visual dikarenakan manusia berpikir secara visual. Sebuah gambar dapat benar-benar bernilai seperti sejuta kata.
"Akan sangat baik jika sebuah merek memiliki logo ikonik yang dapat diidentifikasikan dengan merek tersebut. Gambar sederhana yang kuat dapat menjadi penghubung merek dengan pelanggan,” tulis mereka dalam studi yang dimuat dalam Journal of Product and Brand Management tersebut.
Selain merek, logo menjadi salah satu hal paling penting dari sebuah perusahaan. Logo juga menjadi sesuatu yang terus dilihat dan diperhatikan setiap kali masyarakat melihat gambar tersebut. Sangat penting logo perusahaan menceritakan kisah yang tepat tentang perusahaan itu sendiri.
Gabriel Shaoolian dalam artikel berjudul "Updating Your Brand For A Fresher Look: How To Know It’s Time For A Logo Redesign" di Forbes menuliskan bahwa tidak ada logo yang bisa tetap relevan selamanya. Waktu berubah, begitu juga dengan kepekaan desain dan norma.
Bisnis perusahaan juga berubah, dan logo ketika perusahaan dibentuk dapat berbicara banyak mungkin kini tidak lagi relevan. Nah, jadi kapan saat yang tepat untuk mendesain ulang logo perusahaan?
Pertama, ketika logo tersebut sudah usang. Seiring berjalannya waktu, tampilan logo perusahaan tampak tak lagi relevan atau menarik seperti pertama kali digagas dan digunakan. Meski logo usang ini mudah dikenali dan bisa jadi ikonik, tapi sebuah perusahaan harus menyegarkan logo agar terlihat mengikuti perkembangan zaman.
Kedua, ketika logo menjadi terlalu rumit. Logo dengan banyak detail sering tidak dapat 'diterjemahkan' dengan baik ke bentuk digital. Perusahaan yang didirikan jauh sebelum era digital mungkin akan menemukan bahwa logo mereka tampak bagus di kop surat tetapi tidak bagus dalam iklan digital.
"Desain modern saat ini adalah tentang kesederhanaan, dan untungnya logo tanpa terlalu banyak kerumitan biasanya terlihat terbaik di website. Jika Anda melihat properti laman daring Anda dan menemukan bahwa logo terperinci Anda sulit dilihat atau diuraikan, itu adalah petunjuk bahwa desain ulang mungkin perlu dilakukan," tulis Shaoolian.
Selain itu, pergantian logo perusahaan juga dapat dilakukan ketika perusahaan berkembang. Seiring berjalannya waktu dan bisnis perusahaan dapat berkembang dengan dinamis, seperti adanya layanan baru, produk baru, strategi bisnis seperti merger dan akusisi dilakukan. Perubahan-perubahan ini bisa lebih diketahui oleh masyarakat secara luas dengan penyegaran identitas visual melalui perubahan logo.
"Desain ulang logo bisa menjadi hal yang membantu memberi sinyal arah baru perusahaan," tulis Shaoolian masih dari Forbes.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Rhenald Kasali mengungkapkan bahwa penyegaran logo memiliki manfaat berupa peremajaan image perusahaan yang bersangkutan. Di saat yang bersamaan, "Perubahan logo kalau terlalu banyak memiliki kekurangan berupa sulit diidentifikasi konsumen atau masyarakat," jelas Rhenald kepada Tirto.
Pergantian logo pun, menurutnya, memiliki dampak yang cukup besar kepada sebuah perusahaan karena menelan biaya yang tidak sedikit serta perlunya sosialisasi ulang. Biaya transformasi itu mencakup desain ulang pada kantor cabang seperti cat ulang, perubahan logo di setiap kehadiran seperti pada kemasan, petunjuk jalan, gedung, hingga iklan.
Rhenald bilang, diperlukan sebuah kajian yang mendalam oleh sebuah perusahaan dalam pergantian logo. Ini dilakukan agar tidak salah dalam mengambil keputusan. Lebih lanjut, pergantian logo, menurutnya, tidak akan berpengaruh terhadap keuntungan maupun kerugian perusahaan di masa depan.
Hal ini karena pergantian logo sifatnya memiliki jangka waktu yang lama. "Pergantian logo juga merupakan salah satu bentuk investasi perusahaan untuk jangka waktu yang panjang," imbuh Rhenald.
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara