Menuju konten utama

Apa Iya, Perempuan Konformis & Patuh Lebih Disukai Laki-laki?

Ladies, keunikan dan keberanianmu dalam berekspresi patut diapresiasi! Tak perlu melulu membebek norma demi disukai laki-laki, ya!

Apa Iya, Perempuan Konformis & Patuh Lebih Disukai Laki-laki?
Header diajeng Perempuan Jangan Membebek Norma. tirto.id/Quita

tirto.id - “Well-behaved women seldom make history.”

Kamu mungkin pernah mengira quote di atas berasal dari bintang film 1950-an Marilyn Monroe. Ternyata bukan. Kalimat itu aslinya ada di dalam artikel ilmiah tahun 1976 oleh Laurel Thatcher Ulrich yang kelak jadi judul bukunya pada 2007.

Dalam buku ini, Ulrich berkisah tentang sederet kaum perempuan berani, berdaya, dan bertindak dalam cara yang tak biasa.

Ada Christine de Pizan perempuan Perancis abad ke-15 yang menulis biografi banyak perempuan dalam The City of Ladies, Cady Stanton yang memperjuangkan hak politik perempuan tahun 1800-an, sampai novelis modernis Inggris abad ke-20 Virginia Woolf.

Di luar perempuan-perempuan yang ditulis Ulrich, ada pula kisah Amantine Lucile Aurore Dupin, atau lebih dikenal bernama pena George Sand, novelis Perancis yang juga seorang sosialis.

Sand mengejutkan masyarakat pada zamannya dengan memakai baju laki-laki di hadapan publik. Seorang sosialis sejati, ia juga berani menerbitkan surat kabar sendiri di koperasi pekerja.

Selain Sand, kamu tentu familiar dengan Amelia Earhart, perempuan pertama yang pernah terbang melintasi Atlantik pada 1932 setelah penerbangan solonya dari Hawai’i ke California.

Sebelumnya, Earhart kerja serabutan, menjadi fotografer lepas sampai melakukan “pekerjaan laki-laki” lainnya: mengemudi truk. Ia akhirnya bisa mengumpulkan uang sebanyak 1.000 dolar untuk membiayai kursus penerbangan di Kinner Field.

“Aku menyadari potensi bahaya dari aktivitasku. Aku ingin melakukannya karena memang mau. Perempuan harus mencoba melakukan hal-hal seperti yang sudah dilakukan laki-laki. Ketika mereka gagal, kegagalan tersebut harus menjadi tantangan dan batu loncatan untuk orang lain,” papar Earhart.

Setiap perempuan, termasuk kamu, tentu saja bisa memupuk karakter “tak biasa” seperti Cady Stanton atau Amelia Earhart. Sayangnya, potensi perempuan yang luar biasa kerap tenggelam akibat kuatnya gelombang ekspektasi sosial terhadap perempuan agar menyesuaikan diri di lingkungannya: berada di sektor domestik, tidak menonjolkan diri, dan jadi “perempuan baik-baik”.

diajeng Perempuan Jangan Membebek Norma

Amelia Earhart, perempuan pertama yang melintasi Atlantik dan pernah juga jadi supir truk. (FOTO/iStockphoto)

Pendeknya, perempuan kerap “dibonsai” sesuai definisi masyarakat tentang “perempuan baik-baik”, sebab mereka bisa didiskreditkan jika berperilaku sebaliknya.

Ancaman agar perempuan senantiasa mengekor norma bisa ditemui dalam banyak bentuk, dari kecaman hingga pengucilan. Atau, mungkin kamu sendiri pernah ditakut-takuti begini: “Kalau kelakuanmu nggak dijaga, nggak akan ada cowok yang mau denganmu.”

Ancaman dalam bentuk demikian bisa dikritik dari berbagai segi. Kalimat tersebut mengandaikan perempuan tak bisa berdiri sebagai manusia dan menyiratkan heteronormativitas.

Namun, di luar dua hal tadi, ada hal sederhana yang juga menarik dipertanyakan: Benarkah laki-laki menyukai “perempuan baik-baik”?

Matthew J. Hornsey, dosen psikologi di University of Queensland, Australia berusaha mencari jawaban atas pertanyaan itu. Bersama timnya, Hornsey melakukan serangkaian eksperimen untuk mengetahui bagaimana laki-laki dan perempuan heteroseksual memilih pasangan.

Dalam penelitian berjudul “A Critical Test of the Assumption That Men Prefer Conformist Women and Women Prefer Nonconformist Men” di Personality and Social Psychology Journal (2015), tim peneliti mendapati mayoritas partisipan perempuan menganggap laki-laki nonkonformis lebih menarik daripada tipe konformis dan patuh. Begitu pula sebaliknya, laki-laki lebih menyukai perempuan yang nonkonformis.

Dalam satu percobaan, partisipan laki-laki dan perempuan diminta membaca profil dua akun perempuan yang menunjukkan sifat konformis dan nonkonformis: Amy dan Jess.

Pernyataan dalam profil Amy berbunyi, “Amy selalu suka bergaul dengan keluarga dan teman-temannya, ia juga suka menjadi bagian dari kelompok ini. Amy sangat senang bisa mengikuti apa yang sedang dilakukan orang lain.”

Sebagai pembanding, ditunjukkan juga profil akun Jess, “Jess cenderung menonjol di keramaian. Ia berani mengekspresikan pendapat berbeda dari teman-temannya, dan juga piawai membuat keputusan untuk dirinya sendiri.”

Kebanyakan perempuan mengira Amy yang patuh dan tidak rumit akan lebih menonjol dan lebih dipilih laki-laki dibandingkan dengan Jess.

Ah, mereka salah. Laki-laki ternyata lebih menyukai Jess.

Dalam eksperimen lain, ketika laki-laki dan perempuan dilibatkan dalam percakapan daring tentang preferensi seni, partisipan laki-laki ternyata lebih menyukai perempuan yang lebih sering tidak setuju dengan pendapat kelompok tersebut dibandingkan yang selalu bersepakat.

Maka, Hornsey pun berkesimpulan, pernyataan ‘laki-laki lebih suka perempuan patuh dan konformis’ ternyata tak selamanya benar.

“Stereotip gender kuno yang menyatakan bahwa laki-laki mencari perempuan yang konformis dan patuh, telah perlahan hilang,” kata Hornsey.

Hornsey juga menyatakan ketertarikan orang terhadap perempuan yang tak peduli pada jam malam dan berani keluar malam. Menurutnya, perempuan macam ini punya daya tariknya sendiri. Mereka menyadari bahwa mereka berani dan merasa bisa menjaga dirinya sendiri tanpa laki-laki di sekitarnya.

“Kenapa kamu menyimpan karakter bagus ini [mandiri dan berani tanpa penjagaan dari laki-laki] untuk dirimu sendiri? Laki-laki bakal menyukainya!” lanjut Hornsey.

diajeng Perempuan Jangan Membebek Norma

Pelukis Frida Kahlo asal Meksiko dikenal sebagai ikon nonkomformis yang berani mengekspresikan apa pun yang dimaui dan mendobrak batasan lazim di berbagai lini kehidupan, dari ranah sosial-politik sampai identitas seksual. (FOTO/iStockphoto)

Senada dengan Hornsey, jurnalis sains Matthew Hutson juga sepakat dalam tulisannya di Scientific American, “Perempuan maupun laki-laki cenderung menyukai pasangan yang bersikap ‘tidak biasa-biasa saja’, baik dalam pilihan berbusana, berpendapat, maupun dalam caranya menjalani kehidupan.”

Kamu ingat perdana menteri perempuan pertama Inggris, Margaret Thatcher?

Kamu boleh saja tak menyukainya karena alasan politik atau ideologis, namun dia pernah melontarkan quote yang super relevan dalam perkara ini, “Kalau kamu memulai sesuatu demi disukai [orang lain], kamu harus bersiap-siap untuk terus berkompromi tentang apa pun setiap saat, dan akhirnya tak akan dapat apa-apa.”

* Artikel ini pernah tayang di tirto.id pada 22 Oktober 2017. Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk keperluan redaksional diajeng.

Baca juga artikel terkait PEREMPUAN atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Maulida Sri Handayani & Sekar Kinasih