Menuju konten utama
Kecelakaan Lion Air JT-610

Perekam Data Ungkap Perjuangan Pilot Lion Air Mengendalikan Pesawat

Pilot Lion Air sudah bekerja keras dalam mengendalikan hidung pesawat sejak lepas landas.

Perekam Data Ungkap Perjuangan Pilot Lion Air Mengendalikan Pesawat
Pesawat lion air Boeing 737 MAX 8. FOTO/lion air

tirto.id - Informasi dari perekam data penerbangan pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh bulan lalu menunjukkan perjuangan pilot dalam mengendalikan pesawat sejak lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta, Tangerang. Laporan awal penyelidikan kecelakaan Lion Air itu akan diumumkan hari ini Rabu (28/11/2018).

"Para pilot terus bekerja keras sampai akhir," kata Kapten Nurcahyo Utomo, kepala subkomisi kecelakaan udara dari Komite Keselamatan Transportasi Nasional Indonesia, yang memimpin investigasi kecelakaan Lion Air seperti dikutip Straits Times,

Menurut laporan Straits Times, hidung pesawat Boeing 737 itu berulang kali turun karena adanya sistem otomotis yang menerima pembacaan sensor yang salah. Hidung pesawat turun lebih dari 24 kali selama 11 menit penerbangan.

Sang pilot berulang kali berusaha menaikkan hidung pesawat hingga akhirnya kehilangan kendali dan jatuh di 724 kmh. Kecelakaan itu pun menewaskan 189 orang termasuk kru pesawat.

Dalam laporan Tirto tercatat pada menit pertama, JT 610 naik ke ketinggian 625 meter, lalu turun 450 meter dalam tempo 25 detik. Pada titik inilah Kapten Bhayve Suneja menarik tuas sekencang-kencangnya hingga laju pesawat mencapai 630 km/jam, sehingga JT 610 naik ke ketinggian 1660 meter.

Dua menit kemudian, alih-alih semakin tinggi, pesawat stagnan pada ketinggian tersebut. Yang terjadi: dalam tempo empat menit selanjutnya pesawat keluaran Boeing terbaru ini anjlok drastis hampir 250 meter dari 1630 ke 1370 meter, dengan jeda 55 detik. Lalu, si kapten berusaha kembali ke posisi normal; kemudian, sinyal terputus.

Dalam penyelidikan data dari perekam penerbangan itu, para penyelidik mengungkapkan hipotesis sementara soal kendala pada Boeing generasi terbaru 737 memiliki sistem komputerisasi yang baru yang belum dikenalkan kepada para pilot.

Sistem yang baru itu dikenal sebagai Maneuvering Characteristics Augmentation System atau MCAS. Fitur ini bekerja secara otomatis meski pesawat terbang manual atau autopilot dalam keadaan mati.

Dalam Boeing versi lama, pilot bisa mengatasi masalah hidung pesawat yang dipaksa turun atau dikenal dengan runaway stabiliser trim dengan menarik kembali kontrol yang berada di depan mereka.

"Semuanya konsisten dengan hipotesis masalah ini dengan sistem MCAS," kata Dr R. John Hansman Jr, seorang profesor aeronautika dan astronotika dan direktur pusat internasional untuk transportasi udara di Massachusetts Institute of Technology.

Pihak Boeing belum menanggapi terkait permasalahannya pada sistem komputerisasinya ini. Dalam pernyataannya pada Selasa (27/11/2018), Boeing mengatakan belum mau berbicara soal kecelakaan ini hingga penyelidikan selesai.

Menurut Boeing, langkah-langkah dalam menggunakan sistem MCAS sebetulnya sudah ada di buku panduan penerbangan manual, sehingga mereka tak perlu menjelaskan secara detail kepada para pilot. Bahkan jika hidung pesawat turun, langkah-langkah untuk mengendalikan hidung pesawat itu sudah ada dalam buku panduannya.

Baca juga artikel terkait LION AIR JATUH atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yantina Debora
Editor: Yantina Debora