tirto.id - Maskapai bertarif rendah, Lion Air belum akan mengevaluasi pesanan pesawat dari Boeing lantaran investigasi kasus kecelakaan pesawat JT-610 jenis Boeing 737 Max 8 dengan nomor registrasi PK-LQP masih belum rampung.
Direktur Utama Lion Air Grup Edward Sirait mengatakan Boeing merupakan salah satu mitra kerja penting bagi maskapai. Sampai dengan saat ini, Lion Air sudah melakukan pemesanan pesawat Boeing sebanyak 458 unit.
“Terlalu dini bagi kami untuk melakukan review bisnis dengan pabrik besar. Apalagi, dengan hasil investigasi yang masih belum memberikan sesuatu apapun,” katanya kepada Tirto, Rabu (28/11/2018).
Edward mengakui jatuhnya pesawat Boeing 737 Max 8 pada akhir Oktober 2018 menjadi pertanyaan bagi maskapai. Pasalnya, pesawat itu baru didatangkan pada Agustus 2018, dan baru dipakai sekitar 800 jam.
Meski begitu, Lion Air tidak akan buru-buru mengevaluasi ulang pesanan pesawat Boeing itu. Menurutnya, jika salah mengambil keputusan, kredibilitas Lion Air sebagai mitra bisnis dan di mata penerbangan internasional akan kurang bagus.
“Saya yakin kalau memang ada hal-hal yang menjadi catatan. Kami akan bicarakan dengan pabrikan. Sepengetahuan saya, di dalam sejarah penerbangan, kalau ada hal-hal yang terkait pesawat, rekomendasinya itu perbaikan,” tutur Edward.
Pria yang biasa disapa Edo ini mengungkapkan bahwa komunikasi maskapai dengan pihak Boeing masih berjalan baik. Intensitasnya agak sedikit meningkat lantaran adanya kecelakaan itu, namun kondisi tersebut dalam konteks yang positif.
Seperti diketahui, Lion Air memang memiliki beragam jenis pesawat dari keluarga Boeing. Untuk pesawat Boeing 737 Max 8, Lion Air memiliki sebanyak 10 unit. Lion Air diketahui juga memesan sebanyak 50 unit pesawat Boeing 737 Max 10.
Penulis: Ringkang Gumiwang
Editor: Maya Saputri