tirto.id - Perbedaan food loss dan food waste patut diketahui oleh banyak orang, terutama ketika membahas tentang masalah pangan. Food loss dan food waste adalah dua hal yang bisa menghambat keberlanjutan lingkungan sehingga harus mendapat penanganan yang tepat.
Secara bahasa, food loss dan food waste memiliki definisi yang cukup mirip, yaitu terbuangnya makanan hingga menjadi sampah. Sampah makanan pun menjadi masalah yang cukup serius di dunia, termasuk di Indonesia.
Menurut situs Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sampah di Indonesia sudah mencapai 69,9 juta ton per tahun 2023. Berdasarkan komposisinya, sampah makanan mendominasi dengan jumlah 41,60% dan paling banyak berasal dari rumah tangga dengan persentase 44,37%.
Food waste dan food loss sama-sama memberikan dampak negatif yang signifikan, baik terhadap ekonomi, sosial, hingga lingkungan. Memahami perbedaan keduanya adalah langkah awal untuk memahami bahayanya dan melakukan upaya untuk mengurangi limbah pangan secara efektif.
5 Perbedaan Food Loss dan Food Waste
Kemiripan antara food loss dan food waste terkadang membuat orang kebingungan untuk membedakannya, bahkan tak sedikit yang menganggap kedua istilah tersebut sama saja. Padahal, keduanya memiliki perbedaan yang cukup mendasar.
Perbedaan food loss dan food waste dapat dilihat dari beberapa aspek, mulai dari definisi, penyebab, dampaknya terhadap lingkungan, hingga solusi untuk mengatasinya. Berikut penjelasannya:
1. Perbedaan Food Loss dan Food Waste Berdasarkan Pengertian
Food loss adalah terbuangnya produk pangan yang terjadi dalam tahap produksi, pasca panen, penyimpanan, pemrosesan, hingga distribusi ke pihak konsumen. Food loss terjadi ketika produk pangan mengalami penurunan kualitas dan menjadi tidak layak sebelum sempat dikonsumsi oleh masyarakat luas.
Sebagai contoh, hasil panen rusak karena cuaca ekstrem atau cara penyimpanan produk yang tidak sesuai sehingga menyebabkan produk pangan tersebut rusak dan tidak layak konsumsi.
Sementara itu, food waste adalah sampah yang berasal dari makanan layak konsumsi, tapi kemudian dibuang karena berbagai sebab. Food waste terjadi di tahap akhir perjalanan produk pangan, baik itu di tingkat retail atau konsumen.
Misalnya, sisa nasi dan lauk pauk yang dibuang ke tempat sampah atau produk pangan yang dibuang karena sudah melewati tanggal kedaluwarsa.
2. Perbedaan Food Loss dan Food Waste Berdasarkan Lokasi Kejadian
Food loss dan food waste bisa terjadi di mana saja. Namun, laman World Food Program USA menyebutkan bahwa food waste kebanyakan terjadi di negara-negara maju atau berpendapatan tinggi. Sampah makanan umum ditemukan di restoran, hotel, hingga tingkat rumah tangga.
Hal terjadi karena masyarakat dengan pendapatan tinggi merasa bahwa mereka memiliki akses yang mudah terhadap makanan. Makanan di negara maju relatif berlimpah dan masyarakatnya pun mampu membelinya dengan harga berapa pun.
Sebaliknya, food loss lebih banyak terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah. Produk pangan di negara ini sering rusak bukan hanya karena faktor alam, tapi juga keterbatasan teknologi, pengetahuan, hingga kurangnya infrastruktur yang mendukung pengelolaan pangan.
3. Perbedaan Food Loss dan Food Waste Berdasarkan Penyebab
Food loss umumnya disebabkan oleh faktor alam seperti cuaca ekstrem atau serangan hama yang bisa merusak hasil panen. Food loss juga bisa disebabkan oleh masalah teknis, contohnya cara panen yang tidak tepat, penyimpanan kurang memadai, atau keterbatasan teknologi dan infrastruktur yang buruk untuk pengelolaan produk pangan.
Di pihak lain, food waste lebih sering disebabkan oleh perilaku manusia, misalnya tidak menghabiskan makanan, tidak segera mengonsumsi makanan hingga kedaluwarsa, atau belanja berlebihan sampai sebagian produk tidak sempat diolah, membusuk, dan akhirnya dibuang.
Tak hanya itu, orang-orang terkadang sengaja membuang makanan yang dinilai kurang estetik walau masih layak konsumsi, misalnya membuang buah yang bentuknya kurang bagus atau memiliki cacat kecil.
4. Perbedaan Food Loss dan Food Waste Berdasarkan Akibatnya pada Lingkungan
Food loss dan food waste memiliki dampak negatif terhadap lingkungan yang bisa membahayakan kehidupan jika dibiarkan dalam jangka panjang. Dampak food loss dan food waste meliputi:
- Pemborosan sumber daya alam (SDA) mulai dari tumbuhan, hewan, air, hingga energi dan bahan bakar.
- Sampah makanan menghasilkan metana yang termasuk gas rumah kaca (GRK) pemicu pemanasan global dan perubahan iklim.
- Polusi udara karena sampah makanan bisa menimbulkan bau tak sedap.
- Pencemaran air apabila sampah-sampah tersebut dibuang ke saluran air atau aliran sungai.
- Mengancam keanekaragaman hayati karena tumpukan sampah bisa merusak lingkungan dan ekosistem secara keseluruhan.
Sebagai contoh, sampah food loss yang disebabkan cuaca ekstrem dan gagal panen kemungkinan menghasilkan gas rumah kaca yang lebih rendah ketimbang food waste. Pada food waste, emisi GRK bisa lebih besar karena melibatkan proses produksi, distribusi, hingga pembuangan sisa makanan.
Begitu pula dengan pemborosan sumber daya alam. Makanan yang sudah sampai ke tangan konsumen pastinya sudah melalui banyak proses yang menggunakan lebih banyak SDA, mulai dari bahan bakar fosil hingga air. Jadi, food waste dianggap lebih mubazir karena lebih boros dalam hal penggunaan SDA.
5. Perbedaan Food Loss dan Food Waste Berdasarkan Solusi Penanganan
Perbedaan food loss dan food waste yang terakhir, tapi tak kalah penting adalah berdasarkan solusi untuk mengatasinya. Mengingat keduanya disebabkan oleh hal yang berbeda, cara penanganannya pun pastinya tidak akan sama.
Cara mengatasi food loss lebih fokus pada faktor teknis. Misalnya, inovasi dan investasi pada teknologi yang mampu mendukung rantai produksi pangan agar kualitas makanan tidak menurun dan sampai ke tangan konsumen.
Sementara itu, food waste dapat diatasi dengan cara mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mengelola makanan, ancaman bahaya yang dihasilkan oleh food waste, serta mendorong banyak orang untuk lebih bijak dan kreatif dalam memanfaatkan sisa makanan.
Perbedaan food loss dan food waste meliputi banyak aspek dan memahami keduanya adalah langkah penting untuk mengurangi limbah pangan. Dengan mengedukasi masyarakat dan meningkatkan teknologi, kita dapat mengurangi sampah makanan demi keberlanjutan lingkungan.
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani