tirto.id - Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin mengklaim pernyataan Menko Polhukam soal penyebar hoaks bisa dijerat dengan UU Terorisme bukan bentuk kepanikan dari kubu petahana.
Juru Bicara TKN Jokowi-Mar'ruf, Arya Sinulingga menilai pernyataan Wiranto adalah peringatan keras terhadap para penyebar hoaks yang ingin mengacaukan Pemilu 2019.
"Itu kan [maksudnya] hoaks [berupa] berita enggak benar yang membuat orang golput. Berarti [yang dimaksud] hoaks yang menghalang-halangi pemilu," kata Arya kepada reporter tirto, pada Kamis (21/3/2019).
Wiranto memang menyebut, bahwa yang perlu dijerat dengan UU Terorisme adalah penyebar hoaks yang memicu masyarakat takut mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS) saat Pemilu 2019.
Arya membantah anggapan bahwa pernyataan Wiranto tersebut bentuk kekhawatiran kubu Jokowi terhadap peningkatan jumlah pemilih golput di Pemilu 2019.
"Jadi bukan kepanikan. Kepanikan enggak lah. Lagian kalau [kelompok] golput enggak milih, posisi Pak Jokowi malah makin bagus," kata Arya.
Anggapan bahwa kubu Jokowi sedang panik diungkapkan Direktur Eksekutif Lokataru Foundation, Haris Azhar.
Dia menilai pernyataan Wiranto soal penyebar hoaks bisa dijerat UU Terorisme tidak hanya salah, tapi juga kepanikan terhadap potensi bersanya angka golput di Pemilu 2019.
"Jadi itu pernyataan ngaco, panik dan menunjukkan ketidakcerdasan sebagai pejabat negara. Jadi ngaco karena enggak ada basis argumentasi yang jelas. Panik karena jagoannya merasa terancam oleh orang-orang golput," kata Haris, pada hari ini.
Penilaian itu beralasan sebab berdasarkan analisis Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, angka suara golput yang tinggi di Pemilu 2019 akan merugikan Jokowi-Ma'ruf.
Peneliti LSI Denny JA, Ikrama Masloman menjelaskan hasil survei lembaganya menunjukkan Jokowi-Ma'ruf unggul atas lawannya di lima kelompok pemilih, kecuali kategori masyarakat terpelajar.
"Kalau golput besar di situ [Lima segmen], tidak bisa dimaksimalkan pendukung Pak Jokowi itu tidak bisa datang ke TPS, maka dirugikan pak Jokowi dan Pak Ma'ruf,” kata dia di kantornya, Jakarta Timur, Selasa (19/3/2019).
“Sedangkan Pak Prabowo hanya dirugikan di satu segmen, pemilih terpelajar [jika golput tinggi]," ujar Ikrama.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Addi M Idhom