tirto.id - Kebakaran hutan di Provinsi Riau terjadi sebagian besar terjadi dalam lahan konsensi perusahaan. Sepanjang 2019, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) mencatat ada 9 lahan konsensi perusahaan yang memiliki titik panas cukup banyak.
Anggota Dewan Pakar Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Bayu Krisnamurthi mengatakan, kebakaran yang menimpa lahan konsensi dampak dari area sekitarnya.
Dalam hal ini, Bayu merujuk lahan masyarakat sekitar yang lebih dahulu terbakar lalu merembet ke wilayah konsensi milik perusahaan.
"Kalau dilihat dari kasus 2015, insiden kebakaran di lahan konsensi tidak banyak tapi di sekitarnya banyak. Yang terjadi itu rembetan dan kondisi alam gitu,” ucap Bayu usai diskusi bertajuk 'Bagaimana Swasta Indonesia Berkontribusi dalam Mendorong Pencapaian SDG?' di Gedung Kadin, Senin (11/3/2019).
"Bukan hanya pada lahannya, tapi wilayah sekitar termasuk yang masyarakat," tambah Bayu.
Bayu menilai usai berbagai peristiwa kebakaran, perusahaan yang memiliki lahan konsensi belajar agar kejadian tak terulang.
Ia mengklaim perusahaan-perusahaan besar telah menempuh langkah intensif dan berbiaya besar untuk mencegah kebakaran hutan kembali terjadi.
Bayu juga mengatakan perusahaan kini telah bergerak untuk mengajak masyarakat dalam pencegahan munculnya titik api.
Menurut dia, tanpa menyelesaikan persoalan kebakaran hutan yang dihadapi masyarakat, bakal sulit mencegah kebakaran di lahan konsensi.
"Perusahaan tidak akan selamat kalau dia tidak peduli dan mengajak masyarakat sekitar peduli dan ikut mencegah api," ucap Bayu.
Bayu juga menganggap kebakaran hutan yang akhir-akhir ini terjadi juga disebabkan cuaca yang tergolong kering.
Prakiraan BMKG, kata dia, memastikan Indonesia akan terpapar embusan angin El Nino ringan, sehingga mengakibatkan terdapat peningkatan risiko kebakaran yang mengiringinya.
"Risiko kebakarannya meningkat jadi kita harus waspada," ungkap dia.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali