Menuju konten utama

Penyebab Gempa Lombok Akibat Pergerakan Sesar Naik Flores

Gempa Lombok terjadi karena ada pergerakan Sesar Naik Flores.

Penyebab Gempa Lombok Akibat Pergerakan Sesar Naik Flores
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho memberikan keterangan pers mengenai gempa bumi yang mengguncang wilayah Lombok, NTB di Jakarta, Senin (6/8/2018). ANTARA FOTO/Reno Esnir

tirto.id - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan gempa berkekuatan 7 Skala Richter yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat pada Minggu (5/8) merupakan akibat dari pergerakan Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust).

"Gempa diakibatkan oleh adanya aktivitas Sesar Naik FLores yang memanjang dari Nusa Tenggara Timur sampai ke Bali di bagian utaranya dan itu menyusup di bagian sepanjang pulau di Nusa Tenggara. Menyusup ke bawahnya dan termasuk menyusup di Pulau Lombok. Itulah yang menyebabkan terjadinya gempa 7 SR," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono di Kantor BMKG, Jakarta, Senin.

Hingga Senin (6/8) pukul 15.00, di Lombok terjadi 170 kali gempa susulan.

Bidang patahan atau Sesar Naik Belakang Busur Flores menunjam bagian daratan Lombok sehingga pergerakan tersebut menimbulkan tumbukan yang menghasilkan gempa.

Rahmat menjelaskan karena gempa Lombok itu bersifat dangkal dan terdapat robekan akibat pergerakan sesar terhadap daratan Lombok sampai ke arah laut maka hasil pemodelan menunjukkan adanya potensi tsunami.

Oleh karena itu, BMKG sempat mengeluarkan peringatan dini waspada tsunami. Setelah peringatan itu, tsunami kecil terjadi di empat titik, yakni di Desa Carik setinggi 13,5 cm, Desa Badas 10 cm, dan Desa Lembar 9 cm, dan Benoa 2 cm. Namun, peringatan dini tersebut diakhiri pukul 20.25 WIB pada Minggu (5/8).

Status ancaman tsunami tersebut hanya berada di level waspada karena ketinggian tsunami kurang dari 0,5 meter.

Lebih lanjut Rahmat menjelaskan gempa susulan diperkirakan masih terjadi di area Lombok dan daerah sekitar gempa utama yang berkekuatan 7 SR itu. Dia menjelaskan tren kekuatan gempa susulan tersebut adalah menurun, dan tidak akan melampaui kekuatan 7 SR ke atas.

Gempa berkekuatan 7 SR di Lombok pada Minggu (5,8) merupakan tipe II karena telah didahului gempa pendahuluan pada Minggu (29/7) dengan kekuatan mencapai 6,4 SR, sehingga yang terjadi saat ini adalah gempa-gempa susulan setelah gempa utama yang berkekuatan 7 SR itu.

"Dampaknya ya untuk gempa-gempa susulan karena tidak begitu besar hanya sekitar Lombok saja yang merasakan kecuali kalau magnitudo agak besar bisa berdampak di pulau sekitarnya," ujarnya.

Rahmat menuturkan meskipun potensi gempa-gempa susulan berkekuatan lebih kecil di banding gempa utamanya, namun warga tetap diharapkan waspada karena banyaknya kondisi rumah yang miring, retak atau rusak akibat gempa sebelumnya.

"Bangunan rumah yang posisinya miring sebaiknya tidak perlu ditinggali untuk beberapa hari ke depan sebaiknya tinggal di pengungsian terlebih dahulu," tuturnya.

Gempa dapat saja terjadi kapan pun tanpa bisa diprediksikan tergantung pada pergerakan bidang patahan atau lempeng tektonik disertai tumbukan yang terjadi seperti antara bidang patahan dengan daratan. Dia mengatakan gempa bersifat perulangan yang mana suatu saat akan reda dan bisa terulang lagi termasuk selama masih ada aktivitas Sesar Flores.

"Lempeng tektonik itu labil dan bergerak terus," ujarnya.

Baca juga artikel terkait GEMPA NTB

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara