tirto.id - Kemunculan angin puting beliung besar, dengan pusaran angin yang menunjam ke permukaan air Waduk Gajah Mungkur, mengagetkan sejumlah warga di Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, Kab. Wonogiri, Jawa Tengah, pada Rabu sore, 20 Januari 2020.
Video rekaman fenomena angin puting beliung besar yang muncul pada pukul 16.30 WIB, hari ini tersebut menyebar di media sosial dan menarik perhatian banyak warganet.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah, Stasiun Klimatologi Semarang, dalam keterangan tertulisnya, menyatakan bahwa angin puting beliung di Waduk Gajah Mungkur itu biasa disebut dengan istilah Waterspout.
"Waterspout adalah angin puting beliung yang berada di atas permukaan air, dapat berupa danau maupun laut," demikian penjelasan BMKG Jateng, Stasiun Klimatologi Semarang, di dalam siaran resminya.
BMKG Jateng menjelaskan fenomena Waterspout biasanya terhubung dengan beberapa jenis awan, seperti: Awan Cumulus Congestus, Awan Cumuliform, dan Awan Cumulonimbus.
Cumulus congestus adalah jenis awan cumulus yang didasarkan pada rentang ketinggian rendah atau menengah. Awan ini adalah awan yang terbentuk dari tahap peralihan antara awan cumulus mediocris dan cumulonimbus. Proses terjadinya awan jenis ini dikarenakan ketidakstabilan lapisan atmosfer dan adanya konveksi.
Karena berasal dari gerakan udara vertikal yang kuat, awan Cumulus Congestus biasanya lebih tinggi dan puncaknya bisa mencapai 6 km atau bisa lebih tinggi lagi apabila di daerah tropis.
Adapun Cumuliform merupakan awan yang biasa menyebabkan hujan lokal karena konveksi yang terletak dalam udara labil.
Sementara Cumulonimbus (Cb) adalah sebutan buat awan vertikal menjulang yang sangat tinggi, padat, dan terlibat dalam badai petir dan cuaca dingin lainnya. Cumulonimbus berasal dari bahasa Latin, “cumulus” berarti terakumulasi dan “nimbus” berarti hujan.
Sedangkan analisis BMKG Jateng Stasiun Klimatologi Semarang menunjukkan bahwa fenomena angin puting beliung di permukaan Waduk Gajah Mungkur pada hari ini dipengaruhi oleh dinamika atmosfer yang berupa sirkulasi siklonik di kawasan selatan Indonesia.
Sirkulasi siklonik itu memicu terbentuknya belokan angin dan pertemuan angin di wilayah Jawa Tengah. Kondisi tersebut didukung dengan masa udara yang labil serta kelembapan udara yang cukup tinggi dari lapisan bawah hingga atas.
"Sehingga [kondisi itu] mendukung proses pembentukan awan hujan di Jawa Tengah, khususnya wilayah Wonogiri," tulis BMKG Jateng.
Sebelum kejadian itu, BMKG Ahmad Yani Semarang mengeluarkan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem dari Pukul 13.50 WIB dan telah diperbarui pada pukul 16.25 WIB. Peringatan itu dikeluarkan sesuai hasil pantauan dari Citra Satelit dan Radar. Kabupaten Wonogiri termasuk salah satu wilayah yang masuk dalam Peringatan dini tersebut.
Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto, fenomena angin puting beliung seperti yang terjadi di perairan Waduk Gajah Mungkur hari ini sebenarnya kerap terjadi setiap tahun dan biasanya pada masa peralihan musim.
"Sebenarnya hampir setiap tahun terjadi di wilayah Kabupaten Wonogiri," jelas Bambang dalam keterangannya yang dilansir BNPB.
Dia memastikan kemunculan fenomena angin puting beliung besar itu tidak membawa dampak kerusakan. Selain itu, kata dia, waterspout tersebut berlangsung selama kurang lebih 10-15 menit, dan mengarah ke selatan.
Menanggapi kemunculan fenomena ini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta masyarakat agar tidak panik. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati mengimbau masyarakat tidak terpengaruh dengan berita yang tidak jelas serta tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Namun, dia juga mengimbau masyarakat tetap waspada terkait adanya peringatan cuaca BMKG, yaitu prakiraan hujan dengan intensitas sedang-lebat yang dapat memicu bencana alam, seperti banjir, angin puting beliung, dan tanah longsor.
"Menurut informasi BMKG, wilayah [Jawa Tengah] yang berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat meliputi: Purwokerto, Cilacap, Purbalingga, Banyumas, Banjarnegara, Klaten, Kebumen, Wonosobo, Purworejo, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Pati, Kudus, Jepara, Magelang dan Surakarta," ujar dia.
Editor: Agung DH