Menuju konten utama

Penyandang Disabilitas Mendapat Kuota Khusus di Unibraw

Universitas Brawijaya kembali membuka jalur khusus untuk penyandang disabilitas. Nantinya, para pendaftar akan tetap mengikuti alur yang berlaku karena ini merupakan jalur akademis.

Penyandang Disabilitas Mendapat Kuota Khusus di Unibraw
(Ilustrasi) Sejumlah penyandang disabilitas mengikuti pelatihan pengoperasian komputer. Antara Foto/Aditya Pradana Putra.

tirto.id - Universitas Brawijaya pada tahun ini membuka kembali seleksi khusus bagi calon mahasiswa baru penyandang disabiltas melalui Seleksi Program Khusus Disabilitas (SKPKP) dengan kuota 20 hingga 25 orang.

"Pendaftaran bagi calon mahasiswa baru khusus disabiltas ini dibuka sejak 16 Mei sampai 14 Juni 2016," ujar Sekretaris Pusat Layanan dan Studi Disabilitas (PSLD) Universitas Brawijaya (UB) Malang, Slamet Thohari di Malang, Jawa Timur, Selasa (7/6/2016).

Pendaftaran secara online dapat di akses melalui laman selma.ub.ac.id. hingga saat ini, dari 25 kuota yang disediakan, sudah ada tujuh orang yang mendaftar.

"Jalur ini skema khusus di UB," katanya.

Tohari menjelaskan, meskipun melalui jalur khusus, tidak semua pendaftar langsung lolos diterima. Jalur disabilitas ini tetap memiliki standarisasi karena ini merupakan jalur akademis.

Alur penerimaan mahasiswa jalur khusus disabilitas tersebut antara lain verifikasi pendaftaran pada 27-30 Juni, kemudian yang lolos verifikasi bisa melakukan pembayaran pendaftaran pada 4-22 Juli.

Selanjutnya, mereka yang lolos mengikuti psikotes dan tes kesehatan pada 1 Agustus 2016 serta simulasi perkuliahan pada 2 Agustus 2016. Tahapan tes wawancara pada 3 Agustus 2016 dan pengumuman akhir pada 5 Agustus 2016.

Ujian psikotes akan dilakukan untuk mengetahui apakah jurusan yang dipilih sesuai dengan kondisi dan kemampuan pendaftar, sedangkan simulasi kelas untuk kemandirian siswa, dan wawancara orang tua untuk mengetahui dukungan orang tua terhadap anaknya untuk menempuh pendidikan tinggi yang sama dengan mahasiswa lainnya.

"Untuk keterangan disabilitas peserta tes, kami perlu surat keterangan dokter atau dari rumah sakit atau puskesmas, sebab yang masuk jalur ini memang benar-benar khusus. Contohnya, kalau hanya jempol tangannya yang hilang, memang penyandang disabilitas, tapi kan tidak ada masalah dibanding penyandang lainnya," ujarnya.

Tohari menjelaskan, untuk beberapa kasus, pendaftar jalur khusus ini perlu melakukan beberapa penyesuaian, seperti penggunaan Bahasa Indonesia, termasuk untuk penyandang tuna rungu. Biasanya, dalam berbahasa Indonesia mereka tidak menggunakan SPOK (Subyek Predikat Obyek Keterangan) karena tidak terbiasa membaca dan menulis, namun hal ini harus dilakukan karena mereka bakal masuk ke dunia akademis.

Selain ada kriteria khusus, calon mahasiswa baru disabiltas tidak diharuskan membayar biaya penuh seperti yang diberlakukan pada jalur mandiri pada umumnya.

"Mereka yang disabilitas ini punya keistimewaan skema masuk. Yang tidak mampu dari segi biaya akan kita advokasi untuk mendapatkan beasiswa," katanya.

Baca juga artikel terkait PENDIDIKAN

tirto.id - Pendidikan
Sumber: Antara
Penulis: Rima Suliastini
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara