tirto.id - Saefulah, penyandang dana bagi Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Indonesia mendapatkan uang dari pihak yang diduga juga terlibat sebagai jaringan ISIS. 12 orang dari lima negara yang mengirimkan uang tersebut.
"Iya (pengirim uang ke Saeful), afiliasi utama ke ISIS," kata Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Rabu (24/7/2019).
Ke-12 orang itu mengirimkan dana sejak Maret 2016 hingga September 2017. Total dana 28.921,89 dolar AS atau Rp413.169.857 yang dikirim melalui Western Union. Dana itu digunakan untuk operasional JAD dan diterima oleh kaki tangan Saeful yakni Novendri. Pengirim uang kepada Saefulah antara lain:
1.Yahya Abdul Karim dari Trinidad & Tobago (4 kali);
2. Fawaaz Ali dari Trinidad & Tobago;
3. Keberina Deonarine dari Trinidad & Tobago;
4. Ahmed Afrah dari Maldives;
5. Ricky Mohammed dari Trinidad & Tobago (2 kali);
6. Ian Marvin Bailey dari Trinidad & Tobago;
7. Pedro Manuel Morales Mendoza dari Venezuela;
8. Mehboob Suliman dari Jerman;
9. Simouh Ilyas dari Jerman;
10. Muslih Ali dari Maldives;
11. Furkan Cinar dari Trinidad & Tobago;
12. Jonius Ondie Jahali dari Malaysia.
Sementara, Novendri merupakan anggota JAD Sumatera Barat yang dibekuk oleh Densus 88 Antiteror pada Kamis (18/7/2019), di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Jati, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang.
Ia dan rekannya berencana melakukan aksi teror di Padang pada upacara 17 Agustus mendatang.
Berdasarkan kronologis penegakkan hukum Novendri dan rekannya telah memantau kantor-kantor kepolisian setempat seperti Polda Sumatera Barat, Mako Brimob Polda Sumatera Barat, Polresta Padang, Polres Bukittinggi, Polsek Padang Utara, Polsek Koto Tangah, Pos Lantas Masjid Raya Sumatera Barat dan Pos Lantas di samping Plaza Andalas.
Polisi juga masih memburu Abu Saidah, pria suruhan Saeful yang bertemu dengan Novendri di Mall Botani Bogor pada September 2018, untuk memberikan Rp18 juta. Lantas Rp16 juta dari uang itu Novendri serahkan ke pemimpin JAD Bekasi yakni Bondan untuk pembuatan bom.
Bondan dan kawanannya berencana melakukan aksi teror pada demonstrasi 21-22 Mei lalu di depan kantor Badan Pengawas Pemilu, tapi dalam kurun waktu 8-14 Mei mereka diringkus polisi.
Saefulah juga menyuruh Novendri memberikan dana ke Mujahidin Indonesia Timur (MIT) untuk keberlangsungan kelompok yang berada di Poso itu.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Nur Hidayah Perwitasari