tirto.id - Presiden Jokowi telah mengumumkan perpindahan ibu kota baru Indonesia, yakni di Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.
Kalimantan Timur tentu saja hampir sama dengan beberapa wilayah Indonesia lainnya yang memiliki dua musim, yaitu musim kemarau yang biasa terjadi pada bulan April hingga September dan musim hujan pada bulan Oktober hingga Maret.
Namun, kondisi beberapa tahun terakhir membuat musim menjadi tidak menentu, di mana musim kemarau dan musim hujan bisa terjadi lebih panjang dibanding biasanya. Wilayah di Kalimantan Timur mayoritas merupakan wilayah hutan hujan tropis.
Laman resmi Pemprov Kaltim menyebutkan, provinsi ini mempunyai topografi bergelombang dari kemiringan landai sampai curam,dengan ketinggian berkisar antara 0-1500 meter di atas permukaan laut.
Secara umum, Kalimantan Timur beriklim panas dengan suhu pada tahun 2013 berkisar antara 21,6⁰ C di Berau pada bulan Oktober sampai 35,6⁰ C di Berau pada bulan September.
Rata-rata suhu terendah adalah 22,1⁰C dan tertinggi 35,1⁰C terjadi di Berau. Selain sebagai daerah tropis dengan hutan yang luas, pada tahun 2013 rata-rata kelembaban udara Kalimantan Timur antara 83-87 persen.
Kelembaban udara terendah diamati oleh stasiun meteorologi Samarinda terjadi pada beberapa bulan dengan kelembaban 82 persen.
Kondisi ini tentu saja perlu diwaspadai dengan ancaman adanya bermacam penyakit, di antaranya:
1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA
Berdasarkan pantauan BMKG seperti dilansir Antara, beberapa wilayah di Indonesia sudah mengalami kekeringan meteorologi level ekstrem, termasuk wilayah Kalimantan.
Musim kemarau juga menyebabkan kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kalimantan meningkat dan ancaman ISPA tentu menjadi salah satu penyakit yang perlu diwaspadai di ibu kota baru.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Harrison mengatakan, kasus ISPA di daerahnya meningkat karena banyaknya Karhutla yang terjadi.
"Kemarau menyebabkan kebakaran lahan, kebakaran lahan itu biasanya karena perusahaan perkebunan memanfaatkan untuk land clearing atau masyarakat yang berpindah ladang," ujarnya kepada reporter Tirto, Kamis (23/8/2019).
Ia juga menambahkan, di musim-musim seperti ini, banyak warga yang membakar gambut .
“Lalu September musim tanam, asap inilah yang sebabkan ISPA. Makanya terjadi peningkatan ISPA di Kalimantan Barat,” ucapnya.
2. Diare
Diare merupakan salah satu penyakit musiman yang biasanya datang pada musim hujan. Kelembapan udara yang semakin tinggi bisa jadi lokasi ideal bagi pertumbuhan virus, bakteri, dan parasit.
Seperti dilansir Mayoclinic, penyakit diare biasanya berumur pendek, tidak lebih dari beberapa hari. Tetapi, ketika diare berlangsung selama berminggu-minggu, biasanya menunjukkan bahwa ada masalah lain.
Kondisi yang dialami seperti gangguan iritasi usus, atau gangguan yang lebih serius, seperti infeksi persisten atau penyakit radang usus.
Tanda dan gejala yang berhubungan dengan diare dapat meliputi sering buang air dan feses biasanya berair, kram perut, sakit perut, serta demam
Jika diare disebabkan oleh kondisi yang lebih serius, seperti penyakit radang usus, langkah terbaik adalah segera menghubungi dokter untuk dilakukan tindakan perawatan yang seharusnya.
3. Demam Berdarah Dengue (DBD)
DBD juga menjadi ancaman penyakit serius di ibu kota baru. Penyakit ini tentu saja disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypty yang membawa virus dengue.
Penyakit ini biasa ditandai dengan beberapa gejala yakni demam tinggi disertai sakit kepala, nyeri di belakang mata, mual, muntah, nyeri sendi, tulang otot serta timbul ruam merah pada kulit.
Selain membawa virus demam berdarah, nyamuk ini juga pembawa virus demam kuning (yellow fever), chikungunya dan demam zika yang disebabkan oleh virus zika.
Laporan Pusat Data dan Informasi Kemenkes menyebutkan, kasus DBD pada 2017 sebanyak 68.407 atau 26,12 persen.
Seperti dilansir Antara, hingga Maret 2019 terdata 99 kasus DBD, satu di antaranya meninggal dunia.
Dari 99 warga yang terserang demam berdarah dengue tersebut, rata-rata anak-anak kelompok usia di bawah 10 tahun.
Kasus DBD di Kabupaten Penajam Paser Utara pada tahun ini (2019) mengalami peningkatan cukup siginfikan dibanding tiga tahun terakhir.
Peningkatan kasus demam berdarah dengue di Kabupaten Penajam Paser Utara dipengaruhi oleh perubahan cuaca atau iklim pancaroba yang membuat nyamuk pembawa DBD berkembang biak dengan cepat.
"Jumlah kasus demam berdarah dengue itu meningkat siginfikan dibanding sepanjang 2018 yang hanya 47 kasus," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara Arnold Wayong.
4. Malaria
Selain DBD, Malaria juga menjadi ancaman penyakit serius di ibu kota baru.
Data Kemenkes menyebutkan, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) merupakan daerah endemis malaria tertinggi di Kalimantan, sehingga wilayah ini pun ditetapkan sebagai zona merah endemis malaria.
Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles itu banyak menyerang buruh yang bekerja di sektor kehutanan.
Sebagaimana diwartakan Antara, kasus malaria di Kabupaten Penajam Paser Utara pada 2017 tercatat 933 kasus, meningkat sekitar 265 kasus pada 2018 menjadi 1.198 kasus.
Sementara pada 2015, kasus malaria sebanyak 379 kasus dan pada 2016 meningkat menjadi 678 kasus.
Untuk penanganan dan pencegahan penyakit malaria, Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara telah membagikan ribuan kelambu insektisida antimalaria kepada warga yang bermukim di daerah terindikasi endemis malaria serta sosialisasi kepada perusahaan perkayuan di wilayah itu.
Editor: Agung DH