Menuju konten utama

Penyakit Malaria: Kenali Gejala, Obat, dan Pencegahannya

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan kepada orang-orang melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.

Penyakit Malaria: Kenali Gejala, Obat, dan Pencegahannya
Folina Malinggatun (1,5 tahun) yang terjangkit penyakit malaria, dipeluk ibunya saat dirawat di RS Dian Harapan, Kota Jayapura, Papua, Senin (8/1/2018). ANTARA FOTO/Indrayadi TH

tirto.id - Sebanyak 2 orang terserang malaria monyet dari yang sebelumnya 100 orang dicurigai mengalaminya di Aceh, pada Rabu (28/11/2018) kemarin. Dari hasil diagnosa yang dilakukan dinas kesehatan setempat, penyakit itu disebabkan oleh nyamuk yang sebeumnya telah menggigit monyet.

Sebelumnya di tahun 2017, juga terdapat 12 kabupaten di daerah Papua Barat masih berstatus endemis tinggi pada malaria. Di tahun yang sama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan ada 219 juta kasus malaria di 90 negara serta kematian yang disebabkan malaria mencapai 435.000.

Malaria adalah penyakit yang berkembang di wilayah tropis yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan kepada orang-orang melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Parasit yang dibawa oleh nyamuk ini adalah parasit Plasmodium dan yang paling mematikan adalah Plasmodium Falciparum.

Parasit malaria tumbuh di negara-negara dengan iklim hangat yang cukup panas seperti Afrika sub-Sahara, Asia Tenggara, Amerika Latin, dan Timur Tengah.

Penyebaran Malaria

Dilansir dari Web MD malaria disebar oleh nyamuk betina yang akan menggigit dan mengisap darah seseorang yang sudah mengidap malaria atau binatang seperti monyet yang mengandung parasit. Ketika nyamuk berpindah menggigit orang berikutnya, ia menyuntikkan parasit ke orang itu. Begitulah cara penyebaran penyakit ini.

“Setelah parasit masuk ke tubuh Anda, nyamuk akan melakukan perjalanan ke hati, di mana mereka berkembang biak. Parasit ini akan menyerang sel darah merah, yang merupakan sel-sel penting dalam darah yang membawa oksigen. Parasit masuk ke dalamnya, bertelur, dan berkembang biak hingga sel darah merah hancur,” tulis Web MD.

Penularan juga tergantung pada kondisi iklim yang dapat mempengaruhi jumlah dan kelangsungan hidup nyamuk, seperti curah hujan, suhu dan kelembaban. Epidemi malaria dapat terjadi ketika iklim dan kondisi lain tiba-tiba mendukung penularan di daerah di mana orang memiliki kekebalan tubuh sedikit terhadap malaria. Bagi ibu hamil dan anak-anak yang berumur di bawah 5 tahun sangat rentan terhadap penyakit ini.

Gejala Malaria

Gejala malaria biasanya mulai sekitar 10 hingga 15 hari setelah gigitan nyamuk. Tanda-tandanya akan mirip dengan gejala pilek dan flu, seperti sakit kepala, kelelahan, dan pegal-pegal.

Tapi dalam beberapa hari akan muntah-muntah, diare, kulit yang menguning (jaundice) karena kehilangan sel darah merah, lalu bisa jadi gagal ginjal. Paling ekstrem malaria bisa menyebabkan mengalami koma.

Perlu kepekaan dan kewaspadaan jika berada di daerah yang rawan malaria, karena gejala malaria tidak selalu muncul dalam 2 minggu. Orang-orang yang tinggal di daerah dengan banyak kasus malaria juga terkadang sudah menjadi kebal karena sudah sering terpapar.

Infografik sc cegah malaria

Infografik sc cegah malaria. (tirto.id/Fuad)

Pencegahan Malaria

WHO merekomendasikan beberapa pencegahan yang bisa dilakukan. Menurut WHO pencegahan itu bisa dilakukan dengan tidur dengan memakai kelambu. Namun yang paling direkomendasikan adalah kelambu insektisida atau Long-lasting insecticidal nets (LLIN). Cara ini harus ditanggapi dengan baik oleh pemerintah yaitu dengan menyediakannya secara gratis.

Lalu, penyemprotan dalam ruangan dengan insektisida residu. Indoor residual spraying (IRS) dengan insektisida adalah cara ampuh untuk mengurangi penularan malaria dengan cepat. Penyemprotan bila dilakukan selama 3-6 bulan, tergantung pada formulasi insektisida yang digunakan dan jenis IRS yang disemprotkan.

Obat Antimalaria menjadi pencegahan yang paling banyak dipakai. Karena obat ini dapat mencegah dengan ampuh. Untuk ibu hamil yang tinggal di daerah transmisi sedang hingga tinggi, WHO merekomendasikan pengobatan pencegahan intermiten dengan sulfadoksin-pirimetamin, pada setiap kunjungan antenatal yang dijadwalkan setelah trimester pertama.

Baca juga artikel terkait MALARIA atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Febriansyah
Editor: Yulaika Ramadhani