tirto.id - Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemenko PMK Sigit Priohutomo mengaku bahwa pihaknya sejauh ini hanya melakukan koordinasi antar lembaga negara dalam menangani permasalahan malaria di NTB selama dua pekan terakhir.
"Kita mengkoordinasi. Kita juga sudah turun dalam persoalan gempa, masalah gempa ini kan enggak hanya masalah malaria, tapi juga pengungsian, sekolah, air, distribusi, MCK, dan sebagainya. Kita mengkoordinir saja," kata Sigit kepada awak media, Senin (17/9/18) siang.
Kata Sigit, karena tugas lembaganya hanya seputar koordinasi antar lembaga, maka pekerjaan-pekerjaan teknis di atas dilakukan oleh lembaga-lembaga negara terkait.
"Sedangkan hal-hal seperti itu kan, lebih teknis, itu diserahkan ke lembaga-lembaga negara terkait masing-masing. Kita hanya mengkoordinir," kata Sigit.
Hal tersebut dalam dilihat dalam penanganan logistik obat-obatan dan distribusi kelambu berinsektisida sebanyak 2.400 lembar yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, atau pun membangun rumah-rumah dan sekolah-sekolah pasca gempa oleh Kementerian PUPR.
Sigit mengaku tak tahu banyak perihal tenaga dan ahli medis, hingga penunjang kesehatan lainnya yang telah dikerahkan. Namun ia mengatakan semua hal masih tetap bekerja sebagaimana mestinya.
"Tenaga medis masih tetap bekerja, tentunya sarpras yang kemarin sedang kena gempa dan sebagainya sedang dibangun kembali," katanya.
Data dari Kementerian Kesehatan menyatakan, penyakit malaria bermula dari tanggal 26 Agustus 2018 silam. Awalnya terdapat dua orang yang dirawat dengan dugaan demam berdarah. Lewat pemeriksaan Dinkes Provinsi NTB dan Dinkes Kabupaten Lombok Barat menyatakan bahwa dua orang itu positif terjangkit malaria.
Hingga 14 September 2018, setidaknya tercatat empat Puskesmas wilayah NTB yang menangani malaria yaitu Meninting, Penimbung, Gunung Sari, dan Sigerongan.
Menurut keterangan Sigit, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah melakukan beberapa upaya setelah adanya wabah malaria terjadi di Lombok. Antara lain Mass Blood Survey (MBS), Mass Fever Survey (MFS), pengamatan dan pengendalian vektor, pengiriman logistik obat-obatan, distribusi kelambu berinsektisida sebanyak 2.400 lembar, serta pelatihan tenaga mikroskopis (guna peningkatan kembali keakuratan identifikasi malaria).
"Dari hasil dua survei itulah, kita temukan yang positif malaria. Kita semua mengerahkan ahli bersama-sama dengan pusta, kita menemukan kasusnya meningkat. Untuk memutus rantai, kita obati semuanya. Yang kita temukan positif kita obati semuanya. Agar tidak terjadi penularan baru," kata Sigit.
Hingga saat ini telah dilakukan 3.779 pemeriksaan MBS, dan terdapat 128 orang yang dinyatakan positif dan semua telah diobati.
Tak hanya malaria, data dari Kemenko PMK, terdapat lima penyakit yang perlu diantisipasi masyarakat, antara lain diare akut, Pneumonia, suspek campak, influenza, dan suspek HFMD.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Yandri Daniel Damaledo