tirto.id - Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Anung Sugihantono menekankan bahwa upaya pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan fogging atau pengasapan tidaklah efektif.
"Fogging memang tidak efektif, tidak ada yang menyebutnya efektif," ujarnya ditemui di kantornya, Jakarta Selatan, Senin (4/2/2019).
Ia melanjutkan terkecuali dalam satu wilayah terdampak DBD memiliki intensitas jumlah nyamuk yang tinggi dan disertai adanya angka kematian. Pada kasus tersebut fogging bisa diterapkan namun, tetap saja tidak banyak membantu. Sebab proses perkembangbiakan nyamuk yang cukup cepat dengan jumlah yang banyak.
"Itu kalau nyamuknya intensitasnya tinggi dan di daerah itu ada kematian. Kita melakukan fogging untuk menurunkan populasi nyamuk. Tapi nyamuk kan bisa bertelur sampai 2000-20 ribu," terangnya.
Sehingga menurutnya sejauh ini cara yang efektif ialah dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Oscar Primadi menyarankan untuk setiap rumah menetapkan satu anggota keluarganya sebagai juru pemantau jentik atau Jumantik.
Menurut Oscar, jumantik tersebut yang akan berperan sebagai agen perubahan dengan mengubah perilaku penghuni rumah ke arah yang lebih sehat dan bersih. Setidaknya dengan mengawal gerakan 3M+ yakni mengubur, menguras, serta menutup sumber-sumber tumbuh kembangnya jentik nyamuk Aedes aegepty.
"Jumantik itu merupakan upaya gerakan yang sangat efektif. Setiap rumah itu ada satu juru pemantau jentik," ujarnya.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari