tirto.id - Mahalnya tiket pesawat udara berimbas pada menurunnya permintaan perjalanan menggunakan angkutan udara. Hal tersebut diungkapkan oleh maskapai PT Sriwijaya Air.
Hal tersebut setidaknya terasa pada musim mudik tahun ini. Saking sepinya permintaan, maskapai sampai nyaris tak mengajukan extra flight alias penerbangan tambahan. Padahal, pada momentum mudik lebaran biasanya jumlah penumpang membludak.
“Kita nggak ada extra flight dulu,” jelas Direktur Utama Sriwijaya Air, Joseph Adriaan Saul, Selasa malam (28/5/2019).
Kalaupun ada, tambah dia, itu pun hanya satu rute extra flight yakni rute Samarinda-Surabaya tang permintaannya sudah kelebihan 10 persen dari frekuensi normal. Namun, selain rimute itu tak ada penerbangan tambahan yang diajukan.
Perusahaan khawatir, bila mengajukan penerbangan tambahan maka bisa rugi dan malah mengancam kondisi keuangan perusahaan.
“Kalau mengafakan (extra flight) rugi, karena perginya satu leg saja. Pesawat cuma pergi saja, pas balik kosong. Kita rugi,” kata dia.
Meski demikian, sambung dia, langkah pemerintah yang baru-baru ini menurunkan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat juga dianggap tak bijak.
Meski penurunan TBA tak banyak berpengaruh pada harga tiket yang ditanggung penumpang, namun dampaknya sangat besar bagi keuangan perusahaan. Maskapai jadi tak punya cukup ruang untuk berbenah secara keuangan.
“Ke depan berat, TBA turun. Sebelum penurunan TBA, untungnya sangat tipis,” tandas dia.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Maya Saputri