Menuju konten utama

Penjelasan WHO Soal Apakah Bisa Tertular COVID-19 Setelah Vaksin

Apabila suatu penyakit menginfeksi seseorang setelah ia menerima vaksin, maka gejala yang diterima akan lebih ringan.

Penjelasan WHO Soal Apakah Bisa Tertular COVID-19 Setelah Vaksin
Petugas medis menyiapkan vaksin COVID-19 Moderna yang akan disuntikkan kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Penumping, Solo, Jawa Tengah, Kamis (12/8/2021). ANTARA FOTO/Maulana Surya/wsj.

tirto.id - Program vaksinasi telah digalakkan oleh banyak negara di dunia seiring dengan ditemukannya vaksin COVID-19 oleh beberapa lembaga dan peneliti.

Pemberian vaksin COVID-19 merupakan upaya untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) dari situasi pandemi COVID-19 yang telah berlangsung lebih dari satu tahun terakhir.

Kemunculan hal yang baru, termasuk vaksin COVID-19, tidak selalu mudah untuk diterima seluruh lapisan masyarakat. Tidak sedikit pihak yang meragukan keamanan maupun efiktivitas vaksin COVID-19.

Meski begitu, CDC mencatat bahwa vaksin COVID-19 yang telah dirilis saat ini telah melalui tahap uji coba pada ribuan partisipan untuk menguji efektivitasnya.

Selain itu, vaksin juga melalui sejumlah tahap evaluasi dari Food and Drug Administration (FDA) hingga Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk menerima emergency use authorization (EUA).

"Vaksin yang kita miliki untuk melawan COVID-19 adalah vaksin yang sangat efektif. Dan orang-orang telah melihat hasil dari uji klinis, Anda tahu, di mana saja dalam 80 persen - 90 persen kisaran kemanjuran," terang epidemiologis dan ahli vaksinologi Dr. Katherine O'Brien pada WHO.

Apakah Seseorang dapat Tertular COVID-19 Setelah Vaksin?

Dari pernyataan O'Brien terdapat fakta bahwa efektivitas vaksin berada dikisaran kemanjuran 80 hingga 90, tidak 100 persen. Kemudian, hal ini kemudian memunculkan pertanyaan, apakah seseorang dapat terinfeksi COVID-19 bahkan setelah menerima seluruh dosis vaksin?

Jawabannya ya. Menurut O'Brien tidak ada vaksin yang dapat memberikan tingkat perlindungan 100 persen untuk penyakit apapun. Ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya kekebalan tubuh belum terbentuk setelah vaksin diterima.

Tubuh membutuhkan waktu sekitar 2 minggu untuk membangun perlindungan setelah vaksinasi. Sehingga seseorang bisa terserang penyakit apabila vaksin belum memiliki waktu yang cukup untuk membangun kekebalan.

Namun, bukan berarti vaksinasi tidak berguna. Bukan berarti juga vaksin yang dikembangkan saat ini salah. Lebih tepatnya, tidak semua orang yang menerima vaksin 100 persen terlindungi.

"Tidak berarti bahwa 100 persen orang (yang menerima vaksin), akan terlindungi 100 persen dari penyakit," jelas O'Brien. O'Brien menegaskan bahwa vaksin bekerja dengan tiga cara yang berbeda, yaitu:

  • Vaksin mencegah seseorang tidak terkena suatu penyakit sama sekali. Apabila suatu penyakit menginfeksi seseorang setelah ia menerima vaksin, maka gejala yang diterima akan lebih ringan.
  • Vaksin membantu tubuh membangun kekebalan tubuh untuk membunuh virus lebih cepat. Apabila sesorang terinfeksi virus setelah vaksinasi, maka tubuhnya akan melepaskan virus lebih cepat dibanding orang yang tidak divaksin.
  • Vaksin menekan jumlah virus yang terdapat pada hidung dan belakang tenggorokan. Area tersebut berisiko menularkan virus pada orang lain. Sehingga, vaksin dalam hal ini mencegah dan menekan risiko penularan virus antara satu orang dengan orang lainnya.

Manfaat Vaksinasi COVID-19

Para peneliti sepakat bahwa vaksin COVID-19 menghasilkan perlindungan terhadap penyakit. Hal tersebut dapat terjadi sebagai hasil dari pengembangan respons imun terhadap virus, dalam hal ini SARS-Cov-2 penyebab COVID-19.

Sehingga, dengan menerima vaksinasi lengkap, masyarakat dapat menerima sejumlah manfaat yaitu:

  • Tubuh mengembangkan perlindungan terhadap infeksi COVID-19
  • Kekebalan tubuh yang terbentuk setelah vaksin membantu melindungi tubuh apabila terpapar SARS-Cov-2 sebelum terjadi infeksi
  • Mengurangi risiko penularan COVID-19
  • Mengurangi risiko infeksi parah pada masyarakat rentan, seperti manula atau orang-orang dengan penyakit penyerta (komorbid).
  • Mencapai herd immunity dan selangkah lebih dekat untuk hidup normal seperti sebelum terjadi pandemi.

Baca juga artikel terkait WHO atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Nur Hidayah Perwitasari