tirto.id - Berbuat mesum di tempat umum merupakan salah satu bentuk penyimpangan yang mengganggu kenyamanan publik. Ada penjelasan psikologi terkait alasan kenapa orang berbuat mesum di tempat umum.
Kasus berbuat mesum di tempat umum bukannya jarang terjadi di sekitar kita. Sebagai contoh, peristiwa yang ramai di media sosial baru-baru ini terkait sepasang kekasih yang berbuat mesum di salah satu waralaba restoran cepat saji yang ada di Jalan Sudirman Yogyakarta.
Berdasarkan video yang viral di media sosial, kedua pasangan saling melakukan tindakan tidak senonoh di meja makan restoran meski kondisi sekitarnya sedang ramai.
Selain kasus yang viral itu, sempat juga ramai video turis asing yang melakukan hubungan seks di jalanan Bali pada awal tahun ini. Kemudian pada Mei lalu, viral juga aksi mesum dua sejoli di Stadion Maguwoharjo, Sleman, daerah Istimewa Yogakarta.
Kasus-kasus tersebut hanyalah sebagian kecil dari maraknya tindakan mesum di tempat umum yang terjadi di dalam negeri. Padahal, tindakan ini termasuk tindakan ilegal di Indonesia.
Dikutip dari laman resmi Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) pelaku yang berbuat mesum di tempat umum dapat dikenai Pasal 281 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Adapun hukuman bagi pelaku mesum di tempat umum itu adalah penjara paling lama 2 tahun 8 bulan dan denda maksimal Rp4.500.000. Tentu selain hukum pidana, pelaku juga bisa dikenai hukum sosial dari masyarakat sekitar.
Singkatnya, perilaku mesum di tempat umum adalah perilaku berisiko dan berbahaya. Lantas, apa yang menjadi penyebab orang-orang melakukan tindakan tersebut?
Alasan Psikolog Kenapa Orang Berbuat Mesum di Tempat Umum
Faktanya perbuatan mesum di tempat umum dapat terjadi karena berbagai alasan. Dikutip dari Together We Can (THT), beberapa orang suka berhubungan seks di luar ruangan atau di tempat umum karena menikmati risiko tertangkap atau suka diawasi oleh orang lain.
Tidak ada kondisi psikologis yang jelas mengapa orang-ornag kerap berbuat mesum di tempat umum. Kendati demikian, menurut psikiater sekaligus psikiater di University of California–San Francisco (USCF), Peter Foster, orang dengan kondisi hiperseksual lebih rentan melakukan tindakan ini.
Hiperseksual atau hiperseks sendiri adalah gangguan perilaku seksula kompulsif yang dikenal dengan istilah lain, yaitu kecanduan seks. Gejala utama orang dengan hiperseks adalah ketidakmampuan mengendalikan fantasi dan dorongan untuk melakukan tindakan seksual.
Menurut Foster kondisi ini bisa diperburuk jika penderita hiperseks sedang dalam kondisi manik.
“Saat Anda menjadi manik, bagian otak yang menilai risiko mati,” katanya seperti yang dikutip dari Bphope.
"Ketika Anda menjadi lebih berenergi, perilaku Anda menjadi lebih berisiko tetapi persepsi Anda adalah bahwa Anda mengambil lebih sedikit risiko," lanjut dia.
Oleh karena itu, orang-orang dengan kondisi hiperseks lebih rentan melakukan tindakan seks berisiko, seperti masturbasi hingga berhubungan badan dengan pasangan di tempat umum.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh psikolog klinik berbasis di Washington DC, Suzanne A. Black. Namun, Black menyebut bahwa perasaan kehilangan kendali yang biasanya dialami penderita hiperseks memang sulit dikendalikan.
"Anda tidak bisa berpikir atau berharap (itu tidak terjadi). Tapi yang bisa kamu lakukan adalah mencoba mengenalinya," ujar dia.
Dikutip dari Very Well Mind, setidaknya ada beberapa gejala yang biasanya terjadi dengan orang-orang hiperseks, yaitu:
- memiliki perilaku seksual kompulsif;
- sering mengalami fantasi seksual berulang dan tidak terkendali;
- kesulitan menjalin dan mempertahankan hubungan dengan orang lain;
- ketidakmampuan untuk mengendalikan dorongan seksual;
- terus terlibat dalam perilaku dan aktivitas seksual meskipun mengetahui hal itu berbahaya.
Hiperseksual sendiri dinyatakan para ahli sebagai salah satu kondisi gangguan obsesif-kompulsif (OCD). Penderitanya dapat mengatasi masalah tersebut dengan mengunjungi profesional kesehatan mental.
Editor: Yantina Debora