tirto.id - Plt Direktur Teknis Lion Air Mochammad Rusli membantah penempatan engineer onboard dalam pesawat 737 MAX 8 akibat pesawat sempat mengalami kerusakan. Rusli menyebut, penempatan engineer tersebut karena merupakan kebijakan perusahaan.
"Ini adalah policy dari kami tadi keterkaitan dengan frekuensi misalnya. Frekwensi kalau satu bandara frekuensi dekat karena satu MAX ini masih baru kita kan untuk mendapatkan rating dari Kemenhub perlu waktu lama. Nah untuk itu maka kita onboard kan. jadi memang itu saja," kata Rusli di Lion Operation Center, Tangerang, Banten, Rabu (31/10/2018).
Sebelumnya, beredar maintenance log yang diduga milik pesawat JT-610. Pesawat tersebut sempat berjalan dari Denpasar-Cengkareng sebelum berangkat ke Pangkalpinang. Dokumen tersebut menyebut ada masalah mesin pada pesawat bernomor JT 610 itu. Rusli pun enggan berkomentar terkait maintenance log tersebut. Ia hanya menyebut pesawat berjalan aman.
Sementara itu, Rusli menyebut penempatan engineer onboard juga tergantung situasi stasiun tujuan. Ia menerangkan, pihak Lion baru memiliki sekitar 30 engineer berlisensi dan 40 pegawai yang sedang dilatih untuk menjadi mekanik di bawah supervisi Boeing. Para engineer tersebut pun tidak menempel pada pesawat.
"Sesuai rotasi pesawat tentunya. Rotasi pesawat kemudian ke mana rutenya," kata Rusli.
Apabila stasiun tidak memiliki engineer yang memiliki sertifikasi penanganan pesawat Boeing 737 800 max, Lion akan membawa engineer khusus dari stasiun terdekat.
Dengan demikian, pesawat bisa langsung ditangani jika ada masalah di tempat tujuan. Pangkalpinang merupakan stasiun yang belum memiliki engineer khusus Boeing 737 MAX 8 sehingga pesawat membawa engineer (engineer onboard).
Direktur Lion Air Edward Sirait sebelumnya memastikan pesawat layak jalan dari Jakarta-Pangkalpinang. Ia menyebut pesawat sudah disebut layak terbang karena membawa mekanik (engineer).
"Di dalam pesawat ada engineer, ikut dia terbang, berarti kan pesawat layak terbang," kata Edward dalam wawancara kepada KompasTV, Senin siang.
Edward menjelaskan, engineer tersebut adalah pihak yang berhak mengeluarkan izin layak terbang atau tidak. Engineer itu pun sudah mempunyai lisensi.
Sementara itu , Corporate Communication Strategist Danang Mandala Prihantoro membenarkan mereka menempatkan engineer di pesawat JT-610. Engineer tersebut masuk dalam standar operational prosedure pihak Lion.
Namun, engineer yang ditempatkan adalah engineer onboard, bukan flight engineer. Dalam artikel yang dirilis Airspacemags, flight engineer umumnya bertugas mengecek kondisi sistem pesawat seperti kelistrikan, pendingin, hingga bahan bakar pesawat. Tugas mereka juga memonitor tekanan pesawat saat hendak mendarat.
"Jadi engineer, istilahnya engineer onboard ini sebenarnya sudah menjadi bagian dari prosedur engineer onboard," sebut Danang kepada Tirto, Rabu (31/10/2018).
Danang juga mengatakan engineer onboard tidak ditempatkan di semua flight.
"Jadi engineer onboard ya memang ada. Gak ada permasalahan apa-apa. Masalah prosedur saja," kata Danang.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Yantina Debora