tirto.id - Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida menginformasikan kejadian letusan Gunung Merapi seperti pagi tadi, berpotensi masih dapat terus terjadi sebagai indikasi suplai magma dari dapur magma masih berlangsung, Kamis (13/2/2020).
"Kejadian letusan semacam ini masih dapat terus terjadi, ancaman bahaya letusan ini berupa lontaran material vulkanik dan awanpanas dengan jangkauan kurang dari 3 kilometer yang bersumber dari bongkaran material kubah lava," ujar Hanik melalui keterangan tertulis yang diterima redaksi Tirto.
Namun, Hanik mengimbau masyarakat tetap tenang dan tak perlu panik dengan kondisi Gunung Merapi saat ini.
"Masyarakat untuk tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa di luar radius 3 kilometer dari puncak Gunung Merapi. Untuk informasi resmi aktivitas Gunung Merapi, masyarakat dapat mengakses informasi melalui Pos Pengamatan Gunung Merapi terdekat, radio komunikasi pada frekuensi 165.075 MHz, website merapi.bgl.esdm.go.id, media sosial BPPTKG, atau ke kantor BPPTKG," kata Hanik.
Hanik juga menjelaskan, pagi tadi Kamis 13 Februari pukul 05.16 WIB letusan eksplosif kembali terjadi di Gunung Merapi. Tercatat di seismograf dengan amplitudo 75 mm dan durasi 150 detik.
Lontaran material erupsi teramati terjadi dalam radius 1 kilometer dari puncak. Kolom asap letusan teramati setinggi 2 kilometer dengan angin saat kejadian mengarah ke Barat-Laut.
Guna mengantisipasi gangguan abu vulkanik terhadap penerbangan maka VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation) diterbitkan dengan kode warna Orange.
"Hujan abu dilaporkan terjadi di sekitar Gunung Merapi dalam radius 10 kilometer terutama di sektor Selatan seperti wilayah Desa Hargobinangun, Glagaharjo, dan Kepuharjo," kata Hanik.
Sebelum ini pada September hingga November 2019 terjadi letusan eksplosif sebanyak 4 kali yang diiringi aktivitas kegempaan vulkanik dalam (lebih dari 1,5 kilometer).
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH