tirto.id - Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Hinca Panjaitan menyatakan partainya masih memiliki tiga opsi pilihan di Pilpres 2019. Ketiganya ialah mendukung kubu Joko Widodo, merapat ke koalisi pendukung Prabowo Subianto, atau memilih opsi lainnya dalam menghadapi Pilpres 2019.
"Pilihan tersebut akan dilakukan [ditentukan] Demokrat setelah calon presiden (capres) Joko Widodo mengumumkan nama pendampingnya [cawapres]," kata Hinca pada diskusi "Dialektika Demokrasi" di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Kamis (12/7/2018) seperti dilansir Antara.
Hinca menjelaskan Partai Demokrat tidak berencana mengusung kandidat calon presiden (capres) dari internalnya sehingga memiliki keleluasaan dalam menentukan sikap di Pilpres 2019.
Dia menambahkan, Demokrat memperkirakan Jokowi sedang menghadapi pilihan sulit dalam memilih figur cawapres pendampingnya. Sebab koalisi pendukung Jokowi terdiri atas banyak partai politik.
"Kalau Pak Jokowi tidak pas memilih pasangannya dan ada partai mitra koalisi yang kecewa, bisa saja ada yang mengalihkan dukungannya," kata dia.
Anggota Komisi I DPR RI itu menambahkan, kalau benar ada partai keluar dari koalisi pendukung Jokowi maka akan ada kejadian luar biasa dan peta dukungan di Pilpres 2019 akan berubah.
"Ada kemungkinan muncul poros ketiga," kata Hinca.
Dia juga mencatat, sejumlah survei memprediksi pemilih yang sudah memutuskan mendukung Jokowi di Pilpres 2019 baru sekitar 34 persen. Karena itu, dia berpendapat peluang figur lain memenangkan Pilpres 2019 masih terbuka.
Sebaliknya, jika tidak ada partai yang keluar dari koalisi setelah Jokowi memilih cawapres maka pilihan Demokrat hanya ada dua, yakni mendukung Prabowo atau kandidat capres petahana.
Hinca menegaskan Partai Demokrat tidak menghendaki ada pasangan pasangan capres-cawapres tunggal di Pilpres 2019.
"Jangan sampai pemilu presiden hanya diikuti satu pasangan capres-cawapres. Partai-partai politik di Indonesia, harus menegakkan demokrasi," kata dia.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom