Menuju konten utama
Pilpres 2019

Demokrat Berniat Mencuri Dukungan dari Prabowo dan Jokowi

Partai Demokrat tak berani menyebut nama capres dan cawapres karena mereka tak mampu meraih ambang batas pencalonan presiden 20 persen sendirian.

Demokrat Berniat Mencuri Dukungan dari Prabowo dan Jokowi
Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono menyampaikan orasi politik di Jakarta Convention Center, Jakarta, Sabtu (9/6/2018). ANTARA FOTO/Galih Pradipta.

tirto.id - Partai Demokrat masih belum menentukan sikapnya pada Pilpres 2019. Sejauh ini, masih ada tiga kemungkinan yang akan diambil, yakni mendukung Joko Widodo, mendukung Prabowo Subianto, atau membentuk poros ketiga.

Menurut Kadiv Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean, kemungkinan membentuk poros ketiga masih menjadi pilihan paling kuat yang dibicarakan.

Oleh sebab itu, Partai Demokrat tak berani menyebut nama capres dan cawapres karena mereka tak mampu meraih ambang batas pencalonan presiden 20 persen sendirian.

Ferdinand mengatakan beberapa kader partai Demokrat sebenarnya menghendaki Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi capres atau cawapres. Oleh sebab itu, kemungkinan poros ketiga menjadi kuat karena apabila bersama dengan Prabowo, maka AHY harus bersaing dengan petinggi partai lain seperti Zulkifli Hasan atau Ahmad Heryawan.

“Kita semua dengan PKS komunikasi, dengan PAN komunikasi, dengan PKB komunikasi dan dengan Golkar juga kita komunikasi. Jadi kita anggap yang masih ada peluang bersama-sama dengan kita. Kita mengajak semua dengan Golkar juga. Masih sangat dinamis. Koalisi Pak Jokowi sampai sekarang masih encer sekali,” katanya pada Tirto, Selasa (10/7/2018).

Keempat partai politik tersebut menjadi target pendekatan Partai Demokrat karena dirasa memiliki kemungkinan cukup untuk memenuhi PT 20 persen dan membentuk poros ketiga.

Menurut Ferdinand, PKS dan PAN sama-sama menghendaki kursi capres atau cawapres.

Sedangkan untuk Partai Golkar dan PKB, nama Airlangga Hartarto dan Muhaimin Iskandar diinginkan oleh masing-masing partai untuk menjadi wakil presiden Jokowi. Ferdinand mengatakan kedua dukungan dari partai tersebut bisa digoyahkan.

“Kalau buka politik dengan Golkar dan PKB, kenapa? Kedua nama ini membuka penawaran menjadi wapres Pak Jokowi. Desas-desus yang beredar Pak Jokowi memilih orang lain. Dengan tidak terpenuhi syarat yang diajukan, tentu kubu partai politik akan melakukan manuver dan tentu bisa jadi ada koalisi lain sehingga kadernya bisa maju jadi capres-cawapres,” kata Ferdinand lagi.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Politik
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Maya Saputri