tirto.id - Andragogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu aner/andr yang berarti orang dewasa dan agogus/agogos yang memiliki arti memimpin atau membimbing. Maka itu, secara bahasa andragogi berarti ilmu/seni untuk mendidik orang dewasa.
Andragogi adalah sistem pembelajaran untuk orang dewasa, atau ilmu membantu orang-orang dewasa belajar, demikian pengertian harfiahnya. Dari segi istilah, adragogi mengacu pada konsep pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai orang dewasa yang bisa berperan sebagai subjek.
Andragogi pernah dianggap sebagai lawan dari pedagogi, terutama pada era 1970an. Namun, saat ini, banyak ahli pendidikan menyarankan penggabungan dua pendekatan ini dalam konteks pembelajaran yang berkelanjutan.
Pengertian Andragogi Menurut para Ahli
Istilah andragogi pertama kali diperkenalkan oleh guru berkebangsaan Jerman bernama Alexander Kapp pada 1833. Namun, istilah adragogi sempat tenggelam dan baru digunakan lagi pada 1921 oleh Eugene Rosenstock yang juga merupakan seorang pengajar.
Pada 1968, Malcolm Knowles mengembangkan andragogi sebagai teori belajar bagi orang dewasa. Teori ini menghargai orang dewasa sebagai seorang pembelajar (learner) dengan karakteristik tersendiri dan menekankan pada kemandirian siswa. Knowles merupakan sosok penting di balik meluasnya pemakaian pendekatan adragogi di dunia pendidikan.
Konsep pembelajaran adragogi menempatkan para peserta didik sebagaimana orang dewasa yang punya kemampuan untuk menentukan arah belajar, memilih materi yang berguna, serta menganalisis masalah. Dengan demikian, para guru lebih berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar.
Di sisi lain, andragogi bisa menstimulasi orang dewasa agar terus belajar, mencari dan menemukan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan dalam kehidupan. Andragogi bisa berlangsung secara terus-menerus dan memenuhi konsep pendidikan seumur hidup (long life education).
Untuk lebih memahami konsep ini, berikut sejumlah pengertian andragogi menurut para ahli:
1. Menurut Malcolm Knowles, pengertian adragogi adalah ilmu dan seni dalam membantu orang dewasa belajar.
2. Menurut John D. Ingalls, pengertian adragogi adalah proses pendidikan yang membantu orang dewasa menemukan dan menggunakan penemuan dari berbagai bidang pengetahuan yang berhubungan dalam latar sosial dan situasi pendidikan untuk mendorong pertumbuhan dan kesehatan individu, organisasi, serta masyarakat.
3. Djudju Sudjana melalui ulasan bertajuk "Andragogi Praktis" di buku Ilmu & Aplikasi Pendidikan Bagian 2 (2007), menjelaskan Adragogi adalah ilmu yang membahas pendekatan dalam interaksi pembelajaran antara para pendidik dan peserta didik yang berusia dewasa.
Prinsip Dasar Andragogi
Prinsip pembelajaran orang dewasa atau andragogi lebih menekankan pada nilai atau norma sebagai pijakan, discovery atau belajar untuk menemukan, perhatian dan motivasi, serta keaktifan belajar sebagai wujud curiosity.
Sementara menurut Achmad Rifa'i dalam buku Desain Pembelajaran Orang Dewasa (2009), setidaknya ada empat prinsip pada pembelajaran orang dewasa, yaitu:
1. Belajar swaarah
Seseorang memutuskan apa yang hendak ia pelajari. Aktivitas belajar akan dilakukan jika pembelajaran tersebut mampu memenuhi kebutuhan atau minatnya dalam hal tertentu.2. Mengetahui cara belajarPembelajaran akan lebih bermakna apabila mampu menumbuhkan keinginan untuk terus belajar secara berkelanjutan serta dapat mengetahui bagaimana caranya untuk belajar. Pada andragogi, prinsipnya adalah proses belajar dianggap lebih penting dibanding pengetahuan yang diperoleh.
3. Belajar mengevaluasi diri
Evaluasi diri penting bagi perkembangan otonomi tiap individu. Perlu adanya metode untuk mengukur kemajuan dalam aktivitas pembelajaran karena sistem seperti kelulusan atau kenaikan kelas tidak cocok diterapkan dalam andragogi.4. Mementingkan perasaanPerasaan adalah hal penting dalam proses pembelajaran orang dewasa. Pendidik hendaknya memegang prinsip untuk selalu memberikan perhatian, kasih sayang, apresiasi, serta dukungan selama proses pembelajaran.
5. Bebas ancamanPrinsip terakhir andragogi adalah proses belajar yang bebas ancaman. Artinya, aktivitas belajar bebas dari hal-hal yang memberikan tekanan, misalnya sikap pendidik, adanya evaluasi, sistem kelulusan, dan lain sebagainya.
Perbedaan Pedagogi dan Andragogi
Pedagogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu paid yang berarti anak dan agogus/agogos yang berarti memimpin atau membimbing. Jadi, pedagogi dapat diartikan sebagai ilmu mengajar untuk anak-anak.
Perbedaan utama antara pedagogi dan andragogi adalah sasaran pendidikannya. Pedagogi menyasar untuk usia anak-anak, sedangkan andragogi untuk orang dewasa.
Dilansir dari laman Western Governors University, berikut perbedaan pedagogi dan andragogi dari berbagai sisi:
1. Sifat ketergantungan
- Pedagogi: anak-anak bergantung pada guru yang bertugas memberikan fasilitas, termasuk menyusun bahan pembelajaran.
- Andragogi: orang dewasa lebih mandiri dan memiliki keinginan/inisiatif untuk mengarahkan diri sendiri dalam proses pembelajaran.
2. Alasan pembelajaran
- Pedagogi: memusatkan pembelajaran pada tahap-tahap penting yang harus dicapai oleh anak sebelum lanjut ke tahapan berikutnya.
- Andragogi: memusatkan pembelajaran pada pengetahuan/keterampilan yang dibutuhkan untuk pengembangan pribadi maupun alasan profesional.
3. Sumber belajar
- Pedagogi: guru adalah sumber belajar.
- Andragogi: sumber belajar berasal dari pengalaman, baik dari diri sendiri maupun orang lain, untuk memahami kurikulum yang diberikan.
4. Fokus pembelajaran
- Pedagogi: pembelajaran berfokus pada mata pelajaran yang tercakup dalam kurikulum
- Andragogi: pembelajaran sering berfokus pada suatu masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata dan peristiwa terkini.
5. Motivasi
- Pedagogi: motivasi berasal dari luar (eksternal) seperti orang tua, guru, atau adanya imbalan.
- Andragogi: motivasi berasal dari dalam diri sendiri, seperti keinginan untuk mendapat pengakuan, harga diri, atau kepercayaan diri.
6. Peran guru
- Pedagogi: guru berperan memberikan pengetahuan kepada peserta didik
- Andragogi: guru berperan sebagai fasilitator yang mendorong adanya kerja sama yang saling menghormati dan terbuka dengan peserta didik.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Addi M Idhom