tirto.id - Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Sulawesi Tengah mulai melakukan uji balistik terkait kasus penembakan yang menewaskan seorang demonstran penolak tambang di Parigi Moutong.
Polisi memeriksa 13 senjata api (senpi) pendek yang diduga digunakan untuk membunuh demonstran bernama Erfaldi alias Aldi (21), warga Desa Tada, Kecamatan Tinombo Selatan, Parigi Moutong.
“Uji balistik hari ini baru mulai karena kemarin tim Disaster Victim Identification Polda Sulawesi Tengah dan Laboratorium Forensik Polri Cabang Makassar cek tempat kejadian perkara," kata ata Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah Kombes Pol Didik Supranoto kepada reporter Tirto, Selasa (15/2/2022).
Hari ini, Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri juga bergabung dengan Polda Sulteng untuk memeriksa perkara tersebut. Propam memeriksa 14 polisi terduga pelaku penembakan saat pengamanan unjuk rasa di Parigi Moutong.
Demo penolakan tambang dilakukan masyarakat mengatasnamakan Aliansi Rakyat Tani (Arti) Koalisi Gerak Tambang. Mereka menuntut Pemerintah Provinsi Sulteng menutup tambang emas milik PT Trio Kencana yang memiliki lahan konsesi di Kecamatan Kasimbar, Toribulu, dan Tinombo Selatan, Parigi Moutong.
Perawakilan pemerintah menjanjikan Gubernur Sulteng Rusdy Mastura akan menemui para pendemo. Akan tetapi, gubernur tidak hadir dalam unjuk rasa pada Sabtu (12/2/2022).
Warga yang kecewa lantas memblokir jalan Desa Siney, Tinombo Selatan, Parigi Moutong. Aksi warga direspons dengan upaya pembubaran paksa oleh aparat kepolisian.
Demonstran bernama Erfaldi alias Aldi (21) meninggal dalam kejadian tersebut. Kepala Kantor Perwakilan Komnas HAM Sulawesi Tengah, Dedi Askary mengonfirmasi korban meninggal akibat peluru tajam.
“Proyektil tersebut masuk mengenai korban dari arah belakang. Terkait hal tersebut, kami lakukan klarifikasi dan wawancara dengan beberapa pejabat utama di Polres Parigi Moutong, dalam hal ini melalui Kabag Ops Polres Parigi Moutong AKP Junus Achpa,” kata Dedi, Senin (14/2/2022).
Hal senada juga disampaikan Puskesmas di Desa Khatulistiwa yang mengangkat proyektil dari tubuh korban. Erfaldi meninggal lantaran peluru tajam yang mengenai bagian belakang sebelah kiri tembus ke dadanya.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Gilang Ramadhan