tirto.id - Seorang atlet mungkin sepanjang hari akan tampak bugar dan lebih sehat. Karena kehidupan mereka didominasi oleh kegiatan berolahraga. Tetapi dalam penemuan terbaru, atlet akan menghadapi kemungkinan risiko lebih tinggi memiliki kelainan jantung di kemudian hari.
Penelitian yang dipublikasikan di Sesi Ilmiah Tahunan ke-68 American College of Cardiology menunjukkan kelainan jatung itu terjadi pada mantan pemain National Football League (NFL).
Mereka yang mengalami itu terutama yang memiliki ukuran tubuh lebih besar. Kelainan jantung ini secara khusus terkait dengan tekanan darah tinggi.
Penelitian ini yang pertama memeriksa bagaimana tipe tubuh atlet dan gaya latihanan (latihan berbasis kekuatan versus daya tahan) dapat memengaruhi perubahan bentuk jantung bertahun-tahun kemudian.
Atlet umumnya menunjukkan perubahan dalam bentuk dan ukuran hati mereka sebagai efek dari latihan atletik yang mereka terima.
Perubahan-perubahan ini secara kolektif dikenal sebagai "jantung atlet." Salah satu komponen jantung atlet adalah hipertrofi ventrikel kiri (LVH) atau peningkatan ketebalan dinding ventrikel kiri jantung.
LVH tidak dianggap berbahaya ketika berkembang sebagai hasil dari pelatihan atletik. Namun, pada populasi umum LVH dapat berkembang sebagai konsekuensi dari tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, atau hipertensi, dan dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung.
Pada penelitian ini para peneliti memeriksa ekokardiogram dan gambar jantung, bersama dengan pengukuran tekanan darah dan faktor demografi, dalam sampel 1.172 mantan pemain footbal.
Secara keseluruhan, sekitar 12 persen pemain dalam sampel memiliki LVH, tingkat yang sebanding dengan yang ditemukan di masyarakat umum.
Kondisi ini tampaknya dikaitkan dengan peningkatan tingkat hipertensi, faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular.
Mantan pemain dengan LVH tinggi memiliki tekanan darah yang secara signifikan lebih tinggi, rata-rata sekitar 13 mm HG, dibandingkan mereka yang tidak memiliki LVH.
Mantan pemain dengan hipertensi juga 1,5 kali lebih mungkin memiliki LVH daripada mereka yang tidak hipertensi.
"Terlepas dari kenyataan bahwa orang-orang ini, pada satu titik, sangat aktif dan tidak memiliki masalah dengan jantung mereka. Tetapi pada akhirnya atau suatu waktu mereka mungkin masih memiliki beberapa kelainan kardiovaskular yang signifikan," kata Genevieve Smith, seorang instruktur fakultas di Fakultas Kedokteran Universitas Tulane dan penulis utama studi ini.
"Namun yang tidak kami ketahui adalah apakah perubahan yang kami saksikan di kemudian hari terkait dengan tekanan darah tinggi atau 'jantung atlet' mereka miliki saat mereka menjadi pemain professional."
Smith dan koleganya percaya bahwa tipe LVH menawarkan beberapa petunjuk. Pada LVH konsentris, dinding ventrikel kiri lebih tebal dan lebih besar, tetapi ruang tempat darah terkumpul selama siklus pengisian detak jantung tampak normal.
Pada LVH eksentrik, baik dinding ventrikel kiri dan ruang darah itu tampak diperbesar. Ada kemungkinan bahwa pemain yang lebih muda memiliki LVH eksentrik sebagai hasil dari pelatihan mereka, sementara pemain yang lebih tua memiliki LVH konsentris akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
Selain itu, para peneliti menemukan kemungkinan LVH dilacak erat dengan posisi pemain. LVH paling lazim di posisi yang menekankan pelatihan berbasis kekuatan dan ukuran tubuh yang besar seperti pertahanan. Kondisi ini jarang pada posisi pemain di lapangan yang mengandalkan kecepatan seperti penyerang.
Temuan ini menggarisbawahi perlunya mantan pemain dan dokter mereka untuk mengawasi setiap faktor risiko kardiovaskular dan bekerja untuk menjaga tekanan darah supaya terkontrol.
Dilansir Eurekalert, dalam studi terpisah, Smith dan rekan-rekannya menemukan bahwa para pemain NFL yang mengisi kuisioner mereka yang terindikasi risiko kardiovaskular mengalami gangguan tidur sleep apnea. Dalam studi ini, mantan pemain yang melaporkan gejala sleep apnea pada kuesioner lebih cenderung memiliki hipertensi dan LVH.
Penulis: Febriansyah
Editor: Yantina Debora