tirto.id - Jus buah adalah minuman yang dianggap sebagai pengganti makan buah. Jus buah juga menjadi makanan pokok dalam banyak diet, terutama mereka yang sibuk dengan karir. Hal ini karena jus buah praktis untuk dibuat dan tidak memakan waktu yang lama.
Sebagian orang menganggap jus buah sebagai minuman yang sehat karena kandungannya setara dengan buah aslinya.
Tetapi apakah jus benar-benar sehat seperti yang kita kira?
Berbeda dengan memakan buah langsung, jus adalah salah satu varian minuman yang telah melalui serangkaian proses, yang mana melibatkan satu alat yang bertugas memisahkan cairan sari buah dengan ampasnya, yang kita kenal sebagai juicer.
Proses ini pula yang membedakan jus dengan varian smoothie, satu minuman dari buah yang dibuat menggunakan blender.
Dibanding smoothie, jus buah mempunyai tekstur lebih cair dan mengandung lebih sedikit serat. Hal ini dikarenakan, pada jus buah, yang diambil hanya sari-sarinya, dan tidak termasuk hasil blending dengan ampasnya.
Penelitian berjudul Fruit consumption and risk of type 2 diabetes: results from three prospective longitudinal cohort studies menjelaskan, mengonsumsi jus buah dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes tipe-2.
Isao Muraki dan timya menyimpulkan, kandungan nutrisi jus buah menyebabkan perubahan kadar glukosa dan insulin yang lebih cepat dan lebih besar. Hal ini disebabkan jus merupakan cairan yang lebih cepat mengalir melewati lambung ke usus daripada padatan, seperti memakan buah langsung.
Masalahnya lagi adalah fruktosa jus buah diserap lebih cepat oleh tubuh. Karena lonjakan gula darah ini, pankreas akan terus bekerja melepaskan insulin agar gula darah kembali stabil. Tetapi seiring waktu, mekanisme ini bisa aus, yang akan meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Penelitian lain berjudul Intake of Fruit, Vegetables, and Fruit Juices and Risk of Diabetes in Women juga menemukan hubungan antara jus buah dan diabetes tipe 2 setelah mengikuti diet.
Konsumsi jus buah akan meningkatnya bahaya diabetes di kalangan wanita, dibanding mengonsumsi sayuran dan buah-buahan berdaun hijau langsung,” tulis Lydia A. Bazzano dalam penelitian itu.
Penelitian ini diberikan pada 70.000 perawat selama 18 tahun yang memiliki status diabetes. Bazzano dan rekan-rekannya menjelaskan bahwa alasan yang mungkin untuk hal ini sebagian mungkin karena kurangnya komponen lain di jus buah, sebagaimana ditemukan dalam buah utuh, seperti serat.
Selain itu, serat dalam jus buah juga hilang ketika proser juicer. Jus yang mengandung sayuran dapat memberikan lebih banyak nutrisi dan lebih sedikit gula daripada jus yang hanya terbuat dari buah. Meski begitu, jus masih punya kandungan serat yang sangat sedikit.
Sementara itu kita sangat membutuhkan serat untuk mengurango risiko terkena penyakit jantung koroner, stroke, tekanan darah tinggi dan diabetes. Orang dewasa dianjurkan mengonsumsi serat sejumlah 30g per hari.
Tentang jus buah yang dapat mendetoksifikasi tubuh juga tidak benar. Detoks atau menghilangkan zat berbahaya dari tubuh, termasuk obat-obatan, alkohol dan racun yang dilakukan oleh jus buah adalah keliru.
"Ada banyak nutrisi yang terkandung di bagian buah-buahan, seperti kulit apel, yang dikeluarkan saat Anda membuat jus apel. Ujungnya, saat Anda meminumnya, Anda hanya meminum air bergula dengan sedikit kandungan vitamin," jelas Heather Ferris, asisten profesor kedokteran di University of Virginia seperti dilansir dari BBC.
Sebenarnya jus buah merupakan minuman yang sehat. Tetapi harus dibuat dengan cara yang baik. Ilmuwan melakukan penelitian untuk menemukan cara agar membuat jus lebih sehat. Penelitian itu berjudul Nutrient-extraction blender preparation reduces postprandial glucose responses from fruit juice consumption.
Nutrien-extraction atau blender 'ekstraktor nutrisi' tidak seperti juicer tradisional, blender ini membuat jus buah secara utuh, termasuk biji dan kulit. Peneliti mencoba membandingkan hasil jus yang dibuat oleh blender Nutrien dengan juicer pada umumnya. Hasilnya mereka yang minum buah campuran yang diekstraksi nutrisi memiliki peningkatan gula darah yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok buah campuran biasa.
Editor: Yulaika Ramadhani