tirto.id - Peneliti Politik dari Indonesia Public Institute (IPI) Jerry Massie, menyebut blunder bila ada capres-cawapres menyerang sebuah media massa di saat menjelang hari pemilihan umum 2019. Menurut dia, posisi media massa sebagai representasi dari demokrasi.
"Ketika anda mulai menyerang media, di sanalah [berawal] keruntuhan demokrasi. Ketika dia menyepelekan media, maka sama saja menyepelekan demokrasi," ujar dia dalam diskusi 'Siapa yang Memanipulasi Demokrasi?’ di Salemba, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019).
Ia juga mencontohkan beberapa waktu lalu ada salah satu calon presiden menuduh media tidak berimbang, bahkan sudah berpihak ke calon tertentu.
"Terkadang media menjadi sasaran empuk, dalam hal ini media dilecehkan. Padahal media berdiri pada posisi ABC, accuracy (keakuratan), balance (seimbang) dan credible (dipercaya)," ujar dia.
Dalam konteks kontestasi politik, kata dia, bahkan media bisa memberi dampak terhadap menang-kalahnya seorang kandidat.
Sudah sepatutnya, ujar dia, para peserta pemilu 2019 tersebut menjadikan media untuk mempromosikan gagasan-gagasannya bukan sebaliknya, justru mengintimidasinya.
Ia juga mendorong agar dua kandidat Pilpres 2019 menjadikan momentum politik ini sebagai ajang adu gagasan, adu program dan adu ide, bukan adu domba.
"Pertarungan pilpres ini adalah salah satu ajang di mana para kontestan ini harusnya tidak hanya lakukan adu domba, tapi adu persepsi, adu gagasan dan adu ide. Kalau hanya adu domba, maka negara kita ini akan hancur, negara ini kacau," ungkap dia.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Zakki Amali