Menuju konten utama

Pendiri Surabaya Black Hat Tak Menolak Jika Diminta Bantu Polri

Menurut KPS, pendiri Surabaya Black Hat, tidak ada orang yang menolak bekerja untuk kepolisian.

Pendiri Surabaya Black Hat Tak Menolak Jika Diminta Bantu Polri
Ilustrasi Hacker. Getty Images/iStockphoto.

tirto.id - Salah satu pendiri Surabaya Black Hat, KPS, mengaku tidak akan menolak tawaran kepolisian jika direkrut untuk bekerja di institusi tersebut. Hal ini dikatakan KPS ketika ditemui di ruang pemeriksaan Polda Metro Jaya pada Kamis (15/3/2018).

Menurut KPS, tidak ada orang yang menolak bekerja untuk kepolisian. Bekerja pada institusi negara merupakan suatu penghargaan tersendiri bagi Katon.

“Siapa yang nggak berminat, mas?” katanya.

Katon bahkan mengingat nama Haikal, orang yang melakukan peretasan hingga 4.600 situs dan masih berumur 19 tahun. Haikal sempat dikabarkan akan direkrut ke kepolisian, KPS juga senang mendengar kabar tersebut. Ia beranggapan, hacker bisa menjadi aset untuk membantu negara.

“Semoga saja beneran,” lanjutnya.

Tercatat oleh polisi, ada sekitar 3.000 situs yang telah dibobol oleh SBH, yakni Thailand, Australia, Turki, UEA, Jerman, Perancis, Inggris, Swedia, Bulgaria, Ceko, Taiwan, Cina, Italia, Kanada, Argentina, Pantai Gading, Korea Selatan, Cillie, Kolombia, India, Singapura, Irlandia, Meksiko, Spanyol, Iran, Nigeria, Rusia, New Zealand, Rumania, Uruguai, Belgia, Hongkong, Alabania, Dubai, Vietnam, Belanda, Pakistan, Portugal, Slovenia, Kep. Caribian, Maroko, dan Libanon.

Salah satu pelaku SBH lainnya, NA, tidak mengetahui tindakannya melanggar hukum. Dalam melakukan peretasan atau hack, seorang peretas harus mempunyai Certificate Ethical Hacking.

Menurut NA, pembuatannya cukup sulit karena tesnya ada di luar negeri. Biaya yang dibutuhkan sekiranya Rp12 juta sampai Rp15 juta. Standar dalam peretasan, seharusnya peretas mengaku kepada pihak terkait bahwa ia ingin meretas sebelum benar-benar melakukan.

“Tapi saya ini white hat karena saya meretas bukan untuk merusak,” katanya.

Ketika ditanyakan mengapa ia tidak memakai uang hasil kerjanya untuk meretas demi membuat sertifikat, NA tertawa sambil berujar, “Niatnya begitu, tapi keburu ditangkap polisi.”

Baca juga artikel terkait SURABAYA BLACK HAT atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Hukum
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Maya Saputri