tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan penerapan syarat tes COVID-19 baik itu metode PCR maupun tes cepat (rapid test) antigen pada perjalanan antar kota/provinsi di akhir tahun 2020 bakal menghambat pemulihan sektor transportasi.
Menurut Sri Mulyani pemulihan yang sudah terlihat trennya pada November 2020 bakal kembali melambat pada Desember 2020.
“Kita lihat ada PSBB dan persyaratan memiliki PCR itu membuat adanya pembalikan yang tertahan di bidang transportasi dan pergudangan,” ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual APBN KITA, Senin (21/12/2020).
Menurut data penerimaan pajak netto per sektor usaha, Sri Mulyani mencatat transportasi & pergudangan sudah menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Sebagai perbandingan, dari kontraksi 27,2 persen di Q3 2020 menjadi hanya terkontraksi 19,39 persen di Oktober 2020 dan menjadi kontraksi 14,61 persen di November 2020.
Perbaikan di sektor transportasi ini menurutnya sudah baik tetapi sayangnya belum signifikan dibandingkan sektor lainnya. Sri Mulyani menduga ada potensi kontraksi pada Desember 2020 nanti bisa sedalam seperti bulan sebelumnya atau bahkan lebih buruk karena adanya pengetatan syarat tes COVID-19.
Sebagai perbandingan, penerimaan pajak sektor perdagangan per November 2020 hanya terkontraksi 17,49 persen padahal Oktober 2020 sempat mencapai 32,55 persen. Sektor jasa keuangan pada November 2020 hanya terkontraksi 25,49 persen lebih baik dari kontraksi 40,88 persen di Oktober 2020.
“Transportasi sudah membaik tapi tidak setajam lainnya,” ucap Sri Mulyani.
Dugaan Sri Mulyani ada benarnya. Menurut data Google Mobility Report sampai dengan 13 Desember 2020, mobilitas ke tempat transit atau stasiun masih mengalami kontraksi pada level yang sama dengan November 2020. Meski di akhir tahun 2020 ada momen mudik natal dan tahun baru, perbaikan mobilitas penduduk belum mencatat ada perbaikan signifikan terutama pada tempat seperti stasiun dan transit.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Bayu Septianto