tirto.id - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kondisi geopolitik menjadi salah satu risiko yang dihadapi Presidensi G20 Indonesia di 2022. Keadaan ini menggeser risiko ancaman pandemi yang sebelumnya menjadi pertimbangan dalam penentuan tema 'Recover Together Recover Stronger'.
"Kita sekarang dihadapkan dengan harga komoditas, konflik yang menyebabkan spillover, dan itu pasti menjadi risiko yang sangat penting," ungkap Sri Mulyani saat menyampaikan pidato pembuka pada UI International Conference on G20 yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia di Jakarta, ditulis Jumat (17/6/2022).
Bukan cuma kondisi geopolitik yang mengancam, kenaikan harga pangan dan energi telah mendorong inflasi ke level tertinggi dalam 40 tahun terakhir di negara maju. Hal itu akan diikuti oleh pengetatan pada kebijakan moneter. Selain itu terjadinya peningkatan suku bunga dan pengetatan likuiditas tentunya akan mempengaruhi kinerja pemulihan ekonomi secara global di negara maju. Kemudian berdampak pada negara berkembang.
"Konflik tidak hanya akan menimbulkan komplikasi dalam hal kerja sama dan koordinasi, tetapi menciptakan spillover yang sangat mempengaruhi dan menantang pemulihan ekonomi," ujarnya.
Bahkan Sri Mulyani mengatakan situasi konflik geopolitik turut membayangi pertemuan G20 pada bulan Februari lalu. Mengelola pertemuan di tengah konflik, menjadi tantangan karena Presidensi G20 Indonesia ingin melanjutkan pembahasan agenda yang sangat strategis tidak hanya untuk Indonesia, melainkan juga bagi dunia.
Meski demikian, terbukti Indonesia mampu mempertahankan kerja sama dan menyampaikan semua agenda pada forum G20 kala itu. Semua negara anggota sangat mendukung agenda kepresidenan Indonesia.
“Menariknya, saya juga ingin berbagi dengan anda, bahkan semua pihak yang berkonflik ketika mereka berbicara dengan Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20, mereka semua sangat mendukung. Itulah keunggulan yang kami coba pertahankan dan kelola,” pungkasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin