tirto.id - Polemik pembakaran bendera dan ikat kepala berwarna hitam di Alun-alun Limbangan, Garut pekan lalu, berbuntut panjang. Hingga kini gelombang demonstrasi yang memprotes tindakan tersebut terjadi di beberapa daerah.
Salah satu tuntutan mereka, membubarkan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama (NU) atau paramiliter Gerakan Pemuda (GP) Ansor.
Dalam situasi yang berpotensi memunculkan konflik horizontal semacam ini, Ketua DPP Partai Gerindra Habiburokhman mengingatkan kembali pesan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto agar masyarakat tetap tenang dan tak menyerukan pembubaran Banser NU yang bisa memancing keretakan hubungan sosial.
"Banser itu saudara kita. Teman-teman yang menuntut pengusutan kasus pembakaran bendera tauhid itu saudara kita. Kita ingin semua sama-sama hidup rukun," kata Habiburokhman meneruskan pernyataan Prabowo kepada reporter Tirto, Jumat (26/10/2018).
Prabowo, kata Habiburokhman, juga menginginkan masyarakat menyerahkan kasus pembakaran bendera tersebut, kepada penegak hukum.
"Dalam kasus pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid jelas pelakunya mengatakan tidak mewakili Banser, tapi pribadi dan individu. Sehingga dengan begitu tidak ada ruang untuk terjadinya perpecahan," tuturnya.
Prabowo Anggota Kehormatan Banser
Pesan itu, kata Habiburokhman, disampaikan Prabowo dalam posisinya sebagai seorang negarawan dan seorang yang dekat dengan Banser NU.
Prabowo memang dalam rekam jejaknya memiliki kedekatan dengan Banser NU. Pada tahun 2014 lalu, mantan Danjen Kopassus ini mendapat penghargaan sebagai anggota kehormatan Banser NU. Pengukuhan Prabowo dilakukan di Mojokerto, Jawa Timur. Saat itu, ia tengah menjadi capres pada hajatan politik Pilpres 2014.
Imbauan Prabowo tersebut pun disetujui Ketua DPP Partai Golkar Tubagus Ace Hasan Syadzily. Menurutnya semua pihak memang semestinya menahan diri dalam kasus ini agar tak muncul perpecahan.
"Ya menurut saya semua pihak serahkan saja ke hukum yang berlaku. Enggak perlu dipolitisasi. Serahkan saja kepolisian," kata Ace kepada reporter Tirto.
Permasalahannya, sikap Prabowo seperti yang disampaikan Habiburokhman itu berbanding terbalik dengan sikap sejumlah pendukung Prabowo dan Panitia Reuni 212 seperti Novel Bamukmin. Ia menyatakan kasus bendera ini bakal menjadi salah satu tema reuni 212 mendatang.
"Bisa saja nanti [kasus pembakaran bendera] masuk dalam orasi-orasi para ulama dan habaib,” tegas Novel saat dihubungi reporter Tirto, Kamis (25/10/2018).
Sedangkan, seperti dikatakan Novel, reuni 212 akan diikuti Front Pembela Islam (FPI), Forum Umat Islam (FUI), GNPF-MUI, Parmusi, Bang Japar, PPMI, PA 212, dan Gerakan Masyarakat Jakarta (GMJ) yang selama ini telah menyatakan mendukung Prabowo-Sandiaga di Pilpres 2019.
Rugikan Prabowo
Direktur The Political Literacy Adi Prayitno menilai sikap Prabowo yang meminta publik tak cepat marah pada Banser NU, secara institusi dapat berimbas positif bagi citra politiknya untuk Pilpres 2019. Meskipun sikap itu berseberangan dengan mayoritas pendukungnya.
"Mereka [pendukung Prabowo] justru menilai Prabowo sebagai negarawan. Ya itu memang maksud Habiburokhman menyampaikan pesan itu," kata Adi kepada reporter Tirto.
Sebab, kata Adi, massa 212 sudah pada tahap pemilih yang loyal pada Prabowo. Sehingga apapun yang dilakukannya akan dicari sisi baiknya.
"Efeknya sebenarnya ke swing voter, tapi itu juga positif. Mereka akan menilai Prabowo enggak memanfaatkan situasi. Tuduhan menunggangi isu ini hilang," jelasnya.
Tak cuma itu, kata Adi, sikap Prabowo yang tidak memanfaatkan situasi juga bisa menjadi penjaga suara di massa Banser NU yang tidak suka dengan serangan kelompok massa 212 dalam kasus pembakaran bendera.
"Namanya Ormas, tentu tidak semuanya dukung Jokowi, meskipun tokohnya banyak yang ke sana (Jokowi). Itu jadi peluang Prabowo dapat suara lagi dari Banser," ujarnya.
Oleh karena itu, kata Adi, lebih baik para tokoh yang tersebar di beberapa ormas alumni 212, mengikuti sikap Prabowo. Sebab jika terus berkonfrontasi dengan Banser NU, citra positif Prabowo makin tergerus.
"Kalau sudah arahnya ke show off kekuatan, jelas makin tidak simpati lah Banser dan warga NU lain ke Prabowo. Semakin menguntungkan Jokowi," pungkasnya.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Dieqy Hasbi Widhana