tirto.id - Pulau Wakatobi, Sulawesi Tenggara pada 12-15 November 2016 akan menjadi salah satu tuan rumah kegiatan wisata bahari nusantara. Kegiatan ini diselenggarakan oleh PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) cabang Baubau dengan biaya mulai dari Rp 3 juta per orang. Program wisata bahari ini ditargetkan akan diikuti oleh sekitar 100 orang.
Kepala PT Pelni cabang Kota Baubau Abdullah Tue mengatakan kegiatan wisata bahari di Wakatobi, akan menggunakan KM Leuser dengan sasaran dua spot yang akan dikunjungi, yakni Pulau Hoga dan Pulau Tomia.
Seperti dilaporkan Antara, Senin (24/10/2016), jadwal kegiatan tersebut yakni, dari Kota Baubau tujuan Tomia pada 12 November 2016 pukul 21.00 WITA. Kemudian setibanya di Tomia pada 13 November Pukul 05.00 WITA, para peserta kegiatan akan diajak snorkeling di Tomia.
Selanjutnya, peserta akan dibawa ke Pulau Hoga pukul 21.00 WITA dan tiba di sana pada 14 November Pukul 02.00 WITA. Akhirnya, peserta kembali ke Kota Baubau pada 15 November.
Biaya pendaftaran wisata bahari ke Wakatobi ini bervariasi tergantung tiap kelas. Untuk kelas tiga harus merogoh kocek Rp 3 juta, untuk kelas dua dipatok harga Rp 4,5 juta, sedangkan untuk kelas satu dikenai biaya Rp 5,5 juta. Biaya itu belum termasuk perlengkapan menyelam di tiap tempat sebesar Rp 1 juta.
“Biaya-biaya tersebut sudah termasuk biaya transportasi dan makan di atas kapal,” jelas Abdullah.
Kegiatan wisata bahari diadakan oleh PT Pelni dengan tujuan mengembangkan dan mempromosikan objek wisata daerah yang memungkinkan. Kegiatan ini juga merupakan program dari Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.
Kegiatan wisata bahari sendiri telah berjalan sekitar dua bulan. Pada tahun ini, kegiatan tersebut diadakan di lima daerah, yakni Pulau Komodo (Nusa Tenggara Timur), Pulau Derawan (Kalimantan Timur), Raja Ampat (Papua Barat), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Banda Neira (Maluku Tengah).
Ia juga menambahkan, peserta sendiri dapat mendaftarkan diri melalui Kantor PT Pelni Pusat, dan juga melalui Kantor PT Pelni cabang.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh