Menuju konten utama

Pekerjaan Rumah Setelah Ingar-bingar Harbolnas

Momen hari belanja online nasional (Harbolnas) telah lewat dan menyisakan persoalan. Keluhan berdatangan, mulai dari diskon yang tidak sesuai harapan hingga pelayanan yang kurang sempurna. Harbolnas masih punya pekerjaan rumah.

Pekerjaan Rumah Setelah Ingar-bingar Harbolnas
Ilustrasi belanja online. FOTO/Shutterstock

tirto.id - Farchan Noor Rachman (30), seorang PNS di Jakarta yang tinggal di Bintaro, girang bukan main ketika Harbolnas tiba. Berbeda dengan kebanyakan orang yang menunggu untuk membeli baju, ponsel baru, atau sepatu, penghobi baca seperti dirinya hanya memikirkan untuk membeli buku-buku baru.

Sebagai penikmat sejarah dan novel, ia telah lama menunggu Harbolnas untuk membeli beberapa buku idamannnya. Namun sayang, respons masyarakat yang demikian besar seperti Farchan tidak dipersiapkan dengan benar oleh penyedia jasa jual beli online saat Harbolnas.

Farchan mengaku kecewa dengan Harbolnas yang diselenggarakan tahun ini. “Diskon 70 persen Gramedia menggiurkan tapi tiba-tiba web down dan tidak bisa melakukan pembayaran,” katanya. Pihak Gramedia.com sendiri kemudian mengakui bahwa situs mereka kelebihan beban.

Farchan tidak sendiri, ada pula Diana Nurwidiastuti (27), sorang ibu muda asal Sukoharjo. “Aku ikutan promo JD.id yang bisa beli TV, HP, dan Laptop seharga Rp99 ribu. Mantengin dari jam 00.00, mereka bagiin 50 voucher per jam. Eh, baru beberapa detik (3 detikan kayanya) langsung abis,” katanya.

Diana tidak menyerah, ia mencoba peruntungannya sampai empat kali pada siang harinya dan tetap gagal. Ia juga mencoba ikut flash sale popok, dari harga Rp534 ribu menjadi Rp80 ribu.

“Udah bisa dapet, eh pas masuk troli, harganya jadi harga normal. Kukira langsung kepotong diskon pas check out, rupanya tidak. Jadi harus telepon CS buat cancel. Untung CS-nya responsif dan bisa COD, jadi emang belum transfer uang,” kata Diana.

Menurut Diana, Harbolnas menjadi momen untuk membeli kebutuhan sehari-hari dengan harga jauh lebih murah. “Saya sih membeli Popok! Saya sampe nyetok banyak banget nih. Soalnya selisih harganya bisa jauh banget. Terus kalo mau banding-bandingin harga kan enak, tinggal klik. Ga perlu muter-muter toko,” katanya.

Pengalaman Farchan dan Diana sebuah gambaran kekurangan dan kelebihan dari Harbolnas yang sudah lewat beberapa pekan lalu.

Infografik Metode Pembayaran Favorit Dunia Maya

Plus Minus Harbolnas

Gelaran Harbolnas 2016 diselenggarakan pada 12-14 Desember lalu memang banyak menyisakan persoalan. Mulai dari pelayanan yang kurang maksimal, situs yang lumpuh karena kelebihan beban, sampai dengan diskon yang dianggap menjebak konsumen, hingga capaian transaksi yang di bawah dari target.

Namun, fenomena ini menunjukkan bahwa penetrasi konsumen terhadap situs belanja online di tanah air semakin tinggi. Dari data yang dikutip dari antaranews, disebutkan dalam tiga hari perhelatan, acara yang diramaikan oleh 211 e-commerce itu telah diikuti oleh mayoritas pengguna internet di Indonesia.

"Yang menarik di Harbolnas 2016, ada 61 persen pengguna internet melakukan belanja online, meningkat 11 persen dari tahun lalu," kata Rusdy Sumantri, Director Nielsen Indonesia.

Survei yang dilakukan lembaga riset Nielsen dalam Harbolnas 2016 juga mengungkapkan bahwa gelaran akbar belanja online membawa dampak perputaran uang sekitar Rp3,3 triliun selama tiga hari penyelenggaraan.

"Dan, menurut analisa kami, penjualan Harbolnas sudah mencapai 3,9 kali lebih tinggi dari penjualan setiap hari (regular sales)," ujar Rusdy.

Sayangnya, angka ini tentu lebih rendah dari target volume transaksi panitia Harbolnas yang berharap bisa memperoleh Rp6 triliun transaksi. Survei Nielsen juga melihat kecenderungan Harbolnas 2016 di mana persentase belanja kebutuhan sehari-hari meningkat dibanding tahun sebelumnya, serta belanja fashion dan kosmetik.

"Sebanyak 53 persen sudah tahu produk apa yang dibeli, 34 persen tidak tahu mau beli apa tapi ingin membeli Harbolnas," kata Rusdy. Faktor pendorong utama 90 persen adalah diskon yang ditawarkan, selanjutnya bebas ongkos kirim, voucher, dan cashback.

Data Nielsen juga mengungkapkan Harbolnas 2016 juga lebih banyak diikuti oleh laki-laki dibanding perempuan yaitu 61 persen dengan rentang usia 35-44 tahun. Selain itu, Harbolnas berhasil mengundang kelas menengah dan bawah.

Dari berbagai capaian tadi, ada hal yang segera perlu diperbaiki terkait kualitas layanan web dan juga kejujuran dalam promosi di Harborlnas. Banyak pihak yang merasa dirugikan dengan promo dan harga yang ditawarkan pihak penyedia jasa jual beli online.

Misalnya yang dialami oleh Sukrisno Santoso (30), seorang guru di Sukoharjo, sempat akan membeli barang dengan diskon 80 persen dan diminta melunasi transaksinya, sorenya cek keranjang belanja lagi ternyata harga udah normal. Sukrisno juga harus menerima kenyataan pahit saat belanja buku secara online tapi saat akan membayar website toko online mengalami down.

“Kedua pengalaman tersebut menurut saya melanggar etika jual-beli. Bahkan termasuk pelanggaran terhadap hak konsumen karena mengubah harga secara sepihak setelah terjadi kesepakatan,” katanya.

Ketua Panitia Harbolnas 2016 Miranda Suwanto mengakui bahwa Harbolnas tahun ini masih perlu pembenahan. “Kapasitas server, menjadi salah satu perangkat yang harus diperhatikan saat Harbolnas nanti. Kami sudah imbau kepada para peserta, untuk bisa menjamin server mereka mampu menampung lonjakan pengunjung, sehingga konsumen bisa nyaman saat belanja,” kata Miranda dikutip dari Seluler.id.

Bagi pelaku toko online seperti Miranda yang berasal dari Lazada, belanja online juga sebagaiajang edukasi kepada masyarakat untuk berbelanja di luar dari cara konvensional. Kegiatan ini jadi pembuktian untuk tetap menjaga komitmen e-commerce pada soal keamanan dan hak nasabah, salah satunya dengan tidak menjual barang ilegal atau berasal dari pasar gelap.

Harbolnas memang sudah menjadi fenomenal dan berhasil menyedot pengguna internet di Indonesia. Namun, masih adanya riak keluh kesah konsumen perlu menjadi catatan penyelenggara, termasuk hak-hak konsumen.

Harapannya, ingar-bingar Harbolnas ke depannya tak lagi menyisakan banyak pekerjaan rumah. Agar konsumen seperti Diana yang berniat ikut lagi program Harbolnas di tahun depan, bisa didengar suaranya dan nyaman saat berbelanja online.

Baca juga artikel terkait HARBOLNAS atau tulisan lainnya dari Arman Dhani

tirto.id - Bisnis
Reporter: Arman Dhani
Penulis: Arman Dhani
Editor: Suhendra