tirto.id - Ketua DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Abdullah Mansuri meragukan operasi pasar pemerintah dapat menekan harga bawang putih. Mansuri beralasan harga bawang putih sudah tergolong tinggi sejak jauh hari sebelum Ramadan 2019.
Menurut Mansuri, pada momen saat harga bawang putih sudah mulai menanjak pada beberapa bulan lalu, pemerintah tak banyak berbuat dengan meneken izin impor baru atau menggelontorkan stok yang masih ada.
“Kalau harga sebelum puasa sudah tinggi, pasti nanti [saat lebaran] lebih tinggi lagi naiknya," kata Mansuri saat dihubungi reporter Tirto pada Senin (7/5/2019).
"Sekarang operasi pasar enggak ada manfaatnya. Sudah 2 hari lalu sejak operasi terakhir enggak turun harganya [bawang putih],” tambah Mansuri.
Mansuri menjelaskan mahalnya harga bawang putih pada beberapa pekan menjelang lebaran tahun ini disebabkan karena sebelum memasuki bulan Mei 2019, nilai jual komoditas ini sudah tinggi.
Selain itu, kata dia, lonjakan harga diperparah oleh peningkatan permintaan yang signifikan saat memasuki bulan Ramadan 2019.
Mansuri memperkirakan kenaikan permintaan Bawang Putih mencapai 60 persen dari saat normal. Menurutnya, peningkatan itu kini tak lagi bisa dipenuhi dengan operasi pasar pemerintah.
“Ada 60 persen tambahan kebutuhan bawang putih. Apakah itu cukup dengan operasi pasar maka jangan harap harga turun saat ini juga,” ucap Mansuri.
Oleh karena itu, Mansuri mendesak pemerintah untuk segera mengguyur stok bawang putih ke pasar. Dia optimistis jika pemerintah melakukan hal ini secara konsisten hingga musim lebaran berakhir, harga bawang putih dapat turun dengan sendirinya.
“Prediksi saya turun minggu depan, hanya kalau komoditas ini terus guyur ke pasar,” ujar Mansuri.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Addi M Idhom