tirto.id - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menghadiri acara Global Faith Summit on Climate Action di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UAE), Selasa (7/11/2023). Dalam pertemuan tersebut Yahya mengusulkan kepada para pemuka agama dunia agar masalah kemanusiaan, koeksistensi, perdamaian, dan menjaga lingkungan hidup harus menjadi salah satu prioritas utama dalam agenda-agenda strategis.
“Berbagai macam kerusakan yang terjadi di muka bumi yang dibuat oleh manusia pada saat ini, merupakan konsekuensi dari kelalaian manusia atas jati diri mereka dan ketiadaan pengembanan dan penunaian amat Allah sebagai khalifahnya di muka bumi," kata Yahya dikutip dari keterangan tertulis.
Lebih lanjut, Yahya menuturkan prinsip keberadaan manusia di bumi yaitu mengemban tanggung jawab atas bumi itu sendiri. Dia menjelaskan manusia diberi kesempatan dan didorong untuk hidup dan berkembang, dengan dipenuhi segala kebutuhannya. Tetapi pada saat yang bersamaan, manusia juga memiliki amanah dan tanggung jawab untuk merawat jagat.
“Berbagai macam kerusakan yang terjadi di muka bumi yang dibuat oleh manusia pada saat ini, merupakan konsekuensi dari kelalaian manusia atas jati diri mereka dan ketiadaan pengembanan dan penunaian amat Allah sebagai khalifahnya di muka bumi," kata Yahya.
"Kelalaian tersebut mengkonsekwensikan tindakan-tindakan manusia untuk berebut penguasaan atas sumberdaya-sumberdaya alam, antara satu sama lain,” tambah Gus Yahya.
Lebih lanjut, dia menuturkan umat manusia saat ini terpecah-belah, saling bertentangan, berkonflik satu sama lain dan semakin semena-mena. Gus Yahya menuturkan dalam pemeliharaan ini mensyaratkan dua hal penting.
Pertama, harmoni dalam hubungan dan pergulatan antar umat manusia. Kedua, distribusi sumberdaya-sumberdaya alam dengan mengedepankan kasih sayang dan keadilan.
"Mutlak diperlukan untuk menghilangkan saling curiga dan permusuhan, untuk kemudian menjadi pijakan dalam membangun harmoni kehidupan antar umat manusia,” jelas Gus Yahya.
Penulis: Iftinavia Pradinantia
Editor: Intan Umbari Prihatin