tirto.id - Pada Januari 2009 Patrick Swayze tampil di acara “Barbara Walters Special” untuk membicarakan kematian. Dalam acara yang berlangsung selama kurang lebih satu jam tersebut, Swayze berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan emosional dari Barbara dengan lancar, seakan-akan ia sedang baik-baik saja. Namun saat Barbara berjanji akan kembali mengundangnya dalam dua tahun ke depan, Swayze butuh waktu untuk meraba-raba jawaban.
“Aku akan datang,” kata Swayze ragu-ragu.
Ia terdiam beberapa saat sebelum menambahkan, “atau mungkin tidak.”
Swayze, yang ditemani Lisa, istrinya, tampil necis dalam acara itu. Ia mengenakan hem putih berlengan pendek untuk membalut kaos hitam berlengan panjang yang dilengkapi celana jins berawarna biru tua. Gaya rambutnya tak berubah: agak gondrong di bagian belakang. Semua tampak pas dan menyenangkan kecuali masa depannya.
Satu tahun sebelum acara tersebut, Swayze terpaksa datang ke dokter karena merasa ada yang tak beres dengan perutnya. Ia menyangka itu karena iritasi ringan, tapi dokter ternyata berkata lain. Rasa sakit itu terjadi karena adanya penyumbatan saluran empedu di perut Swayze. Dan saluran empedu itu tersumbat karena, kata dokter, “kanker pankreas.”
“Satu hal langsung menguak di dalam kepalaku: aku akan mati. Itu adalah hal yang selalu kupikirkan setiap kali mendengar seorang menyebut kanker pankreas, dan kenyataannya memang selalu seperti itu,” kata Swayze soal penyakitnya.
Swayze menerima diagnosis dokter, tapi tak mau menerima nasib. Saat dokter mengatakan bahwa hidup Swayze tinggal sejengkal, ia percaya. Namun, beberapa hari kemudian, ia kembali ke dokter sambil membawa keyakinan: dirinya akan mengalahkan penyakit itu.
“Bagaimana cara Anda untuk tetap bisa bersikap positif ketika semua statistik mengatakan kalau Anda akan mati? Anda harus tetap bekerja,” kata Swayze kepada New York Times pada Oktober 2008.
Setelah diagnosis itu, selain terus bertarung melawan penyakitnya, Swayze memang banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja. Aktor Amerika yang berpendar berkat film Dirty Dancing (1987) dan Ghost (1990) itu bahkan mampu merampungkan penggarapan The Beast, serial televisi yang tayang hanya beberapa jam sebelum Swayze jadi tamu di “Barbara Walters Special”. Namun beberapa saat setelah ia ragu menjawab pertanyaan terakhir Barbara, ia ambruk: Swayze dibawa ke rumah sakit karena pneumonia.
Pada April 2009 salah satu majalah asal Amerika lantas mengabarkan bahwa kanker pankreas mulai menggerogoti tubuh Swayze dengan ganas. Dan pada 14 September 2009, tepat hari ini 10 tahun lalu, Swayze akhirnya meninggal dunia.
Untuk pertama kali sekaligus selama-lamanya, aktor yang pernah mendapatkan bintang Hollywood Walk of Fame karena jasanya di dalam dunia perfilman itu pun akhirnya kalah dalam sebuah pertarungan.
Petarung Tangguh
Patrick Swayze lahir pada 18 Agustus 1952 di Houston, Texas. Ayahnya adalah Wayne Swayze, seorang tukang mesin sekaligus penunggang kuda rodeo. Ibunya, Patsy Swayze, merupakan seorang penari dan koreografer. Berkat didikan orang tuanya, Swayze sejak kecil sudah rancak menari sekaligus jadi anak yang bernyali.
Pertarungan pertama Swayze terjadi ketika ia duduk di bangku SMP. Kala itu Swayze sering dirundung teman-temannya karena suka menari dan berambut gondrong. Tak jarang ia dipanggil homo dan pulang ke rumah dengan muka lebam-lebam. Katanya, ia sering dipukuli lebih dari yang bisa ia hitung.
Suatu waktu Swayze habis dikeroyok lima orang teman sekolahnya. Ayah Swayze jengkel, lantas memutuskan untuk melatih Swayze tinju dan kelahi bebas secara serius. Maka, kegiatan sepulang sekolah Swatze bertambah: berlatih bela diri dan berlatih menari.
Beberapa bulan kemudian, setelah merasa yakin Swayze sudah mempunyai bekal yang cukup, Ayah Swayze kemudian mengantarkan Swayze ke sekolah. Ia langsung bertemu Callahan, pelatih American football di sekolah Swayze. “Aku ingin Anda mengumpulkan anak-anak nakal itu sehingga kita dapat mengatur sesuatu,” katanya.
Ayah Swayze dan Callahan berbicara panjang lebar, sedikit berdebat. Swayze akhirnya paham dengan apa yang diinginkan ayahnya. Ia akan diadu berantem satu lawan satu melawan lima orang yang pernah merundungnya.
“Buddy (panggilan akrab Swayze) layak mendapatkan kesempatan untuk melakukan apa yang anak-anak itu lakukan kepadanya,” kata Ayah Swayze kepada Callahan. “Mereka pikir mereka jagoan? Mari kita lihat siapa yang jagoan.”
Callahan menilai itu sebagai tantangan yang adil. Lima anak nakal yang pernah mengeroyok Swayze akhirnya dikumpulkan di lapangan. Duel itu benar-benar terjadi dan Swayze berhasil menghajar mereka semua.
Setelah itu Swayze hampir selalu ditantang berantem oleh teman sekolahnya, tapi ayah Swayze punya pesan penting, “Jika aku melihatmu memulai perkelahian, aku akan menghajarmu. Dan jika aku melihatmu tidak menyelesaikan perkelahian, aku juga akan menghajarmu.”
Swayze menceritakan kisah itu secara apik dalam memoarnya yang berjudul Time of My Life (2009), yang ia garap bareng Lisa. Menurut Mandi Bierly dari Entertaintmen Weekley, buku itu amat penting.
Selain cerita tentang perundungan, ada cerita-cerita lain tentang Swayze yang layak dikenang dan sebagian besar merupakan cerita tentang pertarungan. Pertarungan melawan cedera lutut yang hampir membunuh masa depannya; pertarungan untuk mendapatkan peran dalam film pertamanya, Skatetown, USA; pertarungan melawan kecanduan alkohol; hingga pertarungan melawan kematian ketika Swayze mengalami kecelakaan pesawat terbang pada tahun 2000.
Dan salah satu pertarungan terbaik Swayze tentu saja ketika ia akhirnya mampu membintangi Ghost, salah satu film yang paling mengguncang pada awal 1990-an.
Kesuksesan Dirty Dancing dan Ghost
Pada 21 Agustus 1987 Dirty Dancing mulai tayang di bioskop-bioskop Amerika. Film yang dibintangi Patrick Swayze dan Jennifer Grey, yang juga pernah bermain bersama dalam Red Dawn (1984), ini tak banyak menarik perhatian. Film ini bahkan sempat dinilai bakal gagal total.
Diry Dancing, tulis Vox, “sama sekali belum teruji—ada potongan kasar saat screening, yang mengakibatkan 39% tidak menyadari bahwa ada subplot aborsi dalam film—dan hanya akan tayang di bioskop selama sepekan, lalu akan segera dirilis ke VHS (Video Home System).”
Namun, penilaian itu ternyata jauh panggang dari api. Dirty Dancing sukses besar, bahkan masih terus dibicarakan hingga sekarang. Film yang dibuat dengan anggaran sekitar 6 juta dolar Amerika ini berhasil meraih pendapatan hingga 214 juta dolar.
Selain karena jalan cerita, Dirty Dancing meledak lantaran kemampuan Swayze dalam menari. Ia mampu memainkan setiap adegan menari dengan rancak, tanpa cacat, dan bahkan tanpa bantuan stuntman. Ia melakukan adegan itu sebagai Johny Castle—peran Swayze dalam film—sekaligus sebagai Patrick Swayze sesungguhnya. Karena saking bagusnya setiap tarian yang diperagakan Swayze dalam film, Telegraph lantas menyebutnya sebagai “seseorang yang mampu menginspirasi satu generasi perempuan untuk menari.”
Dan pujian terhadap Swayze tidak hanya berhenti sampai di situ. Pauline Kael, kritikus film New Yorker, sebelumnya tak menyangka film itu bisa meledak di pasaran. Namun, setelah menonton film itu, ia lantas menutup review-nya dengan terang benderang:
“Tarian di sini memunculkan rasa sensual dari lagu-lagu yang mengiringinya. 'Dirty Dancing'—judul luar biasa! – [...] bisa bikin Anda keluar bioskop sampil tertawa puas.”
Patrick Swayze langsung muncul ke permukaan setelah Dirty Dancing. Ia banjir tawaran main film. Banyak naskah film yang dikirim ke rumahnya, tersebar di meja samping tivi, tempat makan, hingga di tempat minum kopi. Salah satunya adalah naskah film Ghost.
Semula Swayze ogah-ogahan membaca naskah Ghost, tetapi Lisa dan Rosi, asisten pribadi Swayze, memaksa Swayze untuk membacanya. Swayze mengaku langsung menangis setelah kelar membaca naskah Ghost. Ia benar-benar ingin bermain dalam film tersebut.
Sayangnya, ketika nama Swayze akhirnya muncul sebagai salah satu kandidat calon pemeran utama, Jerry Zucker, sutrada film tersebut, langsung mengerutkan dahi. Zucker mengenal Swayze sebagai laki-laki tangguh, berambut gondrong, dan jago bela diri dalam film Road House (1989). Ia tak bisa membayangkan saat Swayze berubah sebagai seorang pria melankolis yang terus berjuang untuk bertemu kekasihnya meskipun sudah menjadi hantu.
“Patrick Swayze?” kata Zucker saat tahu Swayze ingin bermain. “Dia harus melangkahi mayatku dulu.”
Swayze tidak menyerah meskipun sudah ditolak sejak awal. Ia, bersama Kavin Bacon, Alec Baldwin, Tom Cruise, Harrison Ford, dan Tom Hank, datang ke audisi untuk memperebutkan peran Sam Wheat, karakter utama dalam film tersebut. Swayze mencoba enam adegan, membuat adegan itu tampak nyata, dan akhirnya mampu mengubah keyakinan Zucker: Swayze akan jadi Sam Wheat, lawan main Demi Moore yang akan memerankan Molly Jensen.
Ghost kemudian dirilis ke pasaran pada 1990. Film lintas genre yang berpusat pada kisah cinta Molly dan Sam ini sukses besar dan menurut situs Box Office Mojo berhasil meraih pendapatan domestik sebesar 217 juta dolar Amerika—film dengan pendapatan terbesar pada 1990.
Selain itu, para kritikus film pun menyukai Ghost bahkan saat melontarkan kritik sekalipun. “Sebuah film jelek yang akan disuka oleh banyak orang... ” kata Richard Corliss dari TIME. Atau, kata Desson Howe dari Washington Post, “sangat aneh, tapi tidak jelek...”
Ghost banyak menyajikan adegan-adegan yang sulit dilupakan. Para penonton, Demi Moore, demikian pula dengan Swayze bahkan mempunyai adegan favorit masing-masing. Namun adegan di akhir film ialah keniscayaan bagi mereka semua.
Dalam adegan itu Molly dan Sam dikisahkan bertemu untuk terakhir kalinya. Pasangan tersebut saling menatap nanar dan tak tahu harus berbuat apa. Sementara mata Molly mulai berkaca-kaca, Sam lantas mengatakan: “It’s amazing, Molly. The love inside, you take it with you.”
Kelak, Patrick Swayze mengakatan bahwa ia tak akan pernah melupakan kalimat itu. Kata Swayze, “Itu benar-benar kalimat bagus—itu adalah satu-satunya hal yang dapat anda bawa ketika mati.”
Editor: Ivan Aulia Ahsan