Menuju konten utama

Pasang Surut Karier Kanye West yang Mengilhami Sekte Yeezianity

Kanye West kini lebih terkenal di ranah mode.

Pasang Surut Karier Kanye West yang Mengilhami Sekte Yeezianity
Kanye West menghadiri malam pembukaan musikal "The Cher Show" di Teater Neil Simon pada hari Senin, 3 Desember 2018, di New York. Evan Agostini / Invision / AP

tirto.id - Kanye West pernah bicara blak-blakan kepada sutradara Steve MQueen soal ketakutan terbesarnya.

“Aku takut tidak bisa jadi nomor satu," ujarnya.

Namun West harus berdamai dengan ketakutannya itu, karena pada kenyataannya ia memang bukan nomor satu. Di ranah musik, namanya masih belum bisa sejajar dengan Dr. Dre, Tupaq, atau The Notorious B.I.G. Sedangkan di ranah finansial, dia ketinggalan dari Drake atau Jay-Z. Di babakan mode, Yeezy, proyek kolaborasinya dengan Adidas pun bukanlah sneaker terlaris. Jenama itu masih kalah oleh Nike, pun oleh Air Jordan, sepatu kolaborasi Nike dengan pebasket Michael Jordan yang jadi sneakers ikonik sejagat raya.

Dan nampaknya, cara West berdamai dengan ketakutan itu, atau bisa juga upayanya menghibur diri, adalah dengan bikin sensasi lewat ide-ide maupun ocehan yang kerap bikin publik mengernyitkan dahi.

Beberapa hari lalu ia bilang bahwa proyek Sunday Service akan tampil di festival musik Coachella 2019 yang dimulai pada 12 April mendatang. Ini adalah proyek yang terbilang misterius. Ada yang bilang ini adalah acara kebaktian. Situs People menyebutnya sebagai, "...private religious event." Ada pula dugaan West berniat jadi pendeta dan merilis album rohani.

West juga melarang para tamunya --yang kebanyakan adalah selebritas terkenal-- untuk membocorkan kegiatan Sunday Service.

Istri West, Kim Kardashian, sedikit mengobati rasa penasaran publik dengan bilang bahwa tidak ada khotbah di Sunday Service. Menurut Cosmopolitan, Sunday Service dihadiri sejumlah kolega dekat West. Acara utama adalah menyaksikan sang rapper bernyanyi--sebagian besar lagu-lagu karya West yang terkesan relijius--dalam iringan kur.

Setiap Minggu, acara diselenggarakan di lokasi berbeda. Biasanya West memilih lansksap hijau seperti perbukitan atau ladang rumput yang jauh dari kota dan menerbangkan para tamu dengan pesawat. Ia pun turut memikirkan konsep busana yang harus dikenakan para tamu dalam acara itu.

Tahun lalu, West memang pernah bilang bahwa ia ingin menciptakan sistem baru dalam karier bermusiknya. Sepertinya ia ingin meniru beberapa musisi seperti Beyonce, Bruno Mars, dan Taylor Swift yang punya perusahaan manajemen pribadi. Entah apakah Sunday Service adalah gimmick dari arah baru West dalam bermusik.

Terlepas dari Sunday Service dan karier bermusiknya yang seperti kehilangan arah, obrolan soal West dewasa ini memang lebih sering didominasi celetukannya yang kontroversial. Salah satunya adalah omongannya bahwa Yeezy akan dapat penghasilan miliaran dolar dan akan jadi decacorn. Majalah gaya hidup GQ lantas melakukan cek fakta untuk memastikan kebenaran omongan West.

Cam Wolf, jurnalis GQ menyebut hal tersebut mustahil terjadi karena untuk mencapai posisi decacorn, Yeezy perlu mendapat penghasilan 3 miliar dolar per tahun. Hal itu sulit terjadi mengingat jumlah tersebut adalah delapan persen dari seluruh bisnis Adidas. Terlebih Yezzy bukanlah produk massal, melainkan produk yang dibuat secara eksklusif.

Omongan lain yang juga bikin namanya dirundung adalah komentarnya soal perbudakan orang kulit hitam sebagai sebuah pilihan. Dalam wawancara eksklusif dengan The New York Times, West bolak balik menegaskan bahwa perkataannya saat itu murni kekeliruan bicara.

Meski di dunia musik West tak lagi bersinar terang, namanya justru perlahan melambung di ranah mode.Tahun lalu, West mengeluarkan koleksi terbaru Yeezy. Produknya tetap dalam ranah athleisure--baju olahraga atau baju bernuansa sporty yang bisa digunakan untuk aktivitas sehari-hari bahkan untuk acara formal.

Sebenarnya tak ada yang istimewa dari desain sports bra dan celana jogging produknya itu. Hal yang bikin koleksi itu istimewa adalah iklannya. Pertama-tama tersebar potret Kardashian tengah mengenakan koleksi terbaru Yeezy. Foto tersebut terlihat sebagai gambar yang diambil oleh paparazzi. Tapi lama-kelamaan publik bisa menyadari bahwa foto tersebut adalah iklan kala sejumlah selebritas menggunakan busana yang sama dan difoto tanpa sengaja dengan latar yang juga serupa.

Vanessa Friedman dari The New York Times menyebut cara pemasaran ini sebagai langkah yang cukup brilian. Friedman pun turut memuji konsep peragaan busana label KANYE WEST yang kerap kali nampak aneh tapi memukau. Contohnya ketika West menyelenggarakan peragaan busana di taman terbuka ketika matahari sedang panas-panasnya. Ia menempatkan ratusan model berdiri mematung di tengah taman dan hal itu bikin acara peragaan busana nampak cukup artsy.

Infografik Kanye Omari West

undefined

Dalam berbagai wawancara, Kanye selalu mengaku sebagai artist atau art prodigy karena pernah menempuh pendidikan di sekolah seni.

“Aku punya kekuatan visual, aku punya kemampuan komunikasi. Aku mau punya kekuatan untuk mewujudkan segala sesuatu yang ada di pikiranku. Bisakah orang menolongku? Kok bisa investor tidak mau menaruh uangnya untuk ide-ide yang berbeda ini?” katanya pada McQueen.

Di ranah mode beberapa peluang kolaborasi tersebut sempat terjadi kala West menciptakan koleksi khusus untuk label Louis Vuitton dan Maison Margiela.

Terlepas dari segala kontroversi dan pasang surut kariernya, Kanye punya penggemar favorit, bahkan dia menjadikan Kanye sebagai Tuhan. Noisey sempat mewawancarai seorang pria penggagas Yeezianity, sebuah aliran kepercayaan yang terinspirasi dari West. Sang penggagas yang enggan disebut namanya itu menganggap Kanye sebagai Yeezus, setara dengan Tuhan karena ia berhasil memanfaatkan segala hal yang ia miliki. Ia membuat Yeezianity karena merasa tersihir pasca mendengar album-album West. Katanya album itu memberinya pengalaman relijius tersendiri.

“Kanye adalah orang paling jujur, punya standar moral yang baik, berintegritas dan kreatif. Dia adalah Tuhan.” katanya.

Baca juga artikel terkait TREN 2019 atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Nuran Wibisono