tirto.id - Sebuah dokumen masif berisi lebih dari 13 juta berkas terungkap dalam proyek kolektif yang disebut Paradise Papers pada Minggu (5/11/2017) waktu setempat. Kebocoran data ini menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah karena melibatkan aset luar negeri dari politisi dan perusahaan terkemuka, serta beberapa individu dan selebriti terkaya di dunia.
Jutaan file yang bocor ini berasal dari satu perusahaan yaitu Appleby, yang berbasis di Bermuda dan menawarkan layanan hukum offshore. Appleby bertindak untuk pembentukan perusahaan di luar negeri, menyediakan struktur yang membantu mengurangi tagihan pajak mereka secara legal.
Perusahaan ini mengatakan telah menyelidiki semua tuduhan itu dan membantah melakukan kesalahan dalam kaitannya dengan temuan dari dokumen tersebut.
"Tidak ada bukti adanya kesalahan, baik dari pihak kita atau klien kami", kata pihak Appleby sebagaimana dilansir The Guardian. "Kami adalah firma hukum yang menasihati klien mengenai cara yang sah untuk memimpin bisnis mereka. Kami tidak mentoleransi perilaku ilegal."
Paradise Papers sangat mirip dengan sebuah dokumen yang bocor tahun lalu yang dikenal dengan Panama Papers. Dokumen ini juga merinci kepemilikan luar negeri dan skema penghindaran pajak dari beberapa orang paling kuat di dunia.
Panama Papers menyebabkan dampak internasional yang signifikan ketika dirilis pada April 2016, bahkan menyebabkan pengunduran diri perdana menteri Islandia di tengah demonstrasi dan kontroversi di sekitarnya.
BBC melaporkan, dalam dokumen tersebut terungkap pula bahwa Ratu Elizabeth II memiliki sekitar $13 juta dari dana pribadinya yang diinvestasikan di luar negeri. Namun, seperti banyak aspek keuangan luar negeri dimana celah dalam hukum pajak digunakan, tindakan Ratu dianggap tidak ilegal.
Salah satu temuan paling menonjol untuk politik AS adalah laporan bahwa Sekretaris Perdagangan Donald Trump Wilbur Ross berbagi kepentingan bisnis dengan menantu Presiden Rusia Vladimir Putin.
Paradise Papers juga memasukkan tokoh seperti vokalis U2 Bono, Madonna, dan penggalangan dana utama untuk Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, yang semuanya terlibat dalam penggunaan saham asing dan perusahaan asing yang dipertanyakan.
Dokumen Paradise Papers ini secara garis besar mengungkapkan sejumlah hal sebagai berikut, menurut laporan Guardian.
- Jutaan poundsterling dari real estate Ratu Elizabeth II telah diinvestasikan dalam dana Cayman Islands. Sebagian dari uangnya juga dikirim ke pengecer yang dituduh mengeksploitasi keluarga miskin dan orang-orang yang rentan.
- Transaksi luar negeri dari anggota kabinet dan penasihet Donald Trump, termasuk pembayaran substansial dari perusahaan yang dimiliki bersama oleh menantu Vladimir Putin kepada Wilbur Ross.
- Cara Twitter dan Facebook menerima ratusan juta dolar investasi yang bisa ditelusuri kembali ke lembaga keuangan negara Rusia.
- Penghindaran pajak Cayman Islands yang dikelola oleh kepala keuangan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.
- Penghindaran pajak yang agresif oleh perusahaan multinasional, termasuk Nike dan Apple.
- Cara beberapa nama besar di industri film dan TV melindungi kekayaan mereka dengan serangkaian skema perusahaan offshore.
- Aliansi dan pinjaman rahasia yang digunakan perusahaan multinasional Glencore yang terdaftar di London dalam upayanya untuk mendapatkan hak penambangan yang menguntungkan di Republik Demokratik Kongo.
- Jaringan perusahaan offshore kompleks yang digunakan dua miliarder Rusia untuk membeli saham klub sepak bola Arsenal dan Everton.
Terungkapnya data ini berawal dari sebuah surat kabar Jerman bernama Süddeutsche Zeitung yang pertama kali memperoleh dokumen bocor itu dari sumber yang tidak disebutkan namanya. Mereka kemudian membagikannya dengan International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) ketika menjadi jelas bahwa ada terlalu banyak informasi untuk satu organisasi yang harus ditangani.
ICIJ bermitra dengan 96 organisasi media di seluruh dunia, termasuk New York Times dan BBC, untuk memberi akses ke file yang bocor untuk tujuan pelaporan.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari