Menuju konten utama
11 Juli 1405

Perjalanan Armada Laut Laksamana Cheng Ho ke Wilayah Nusantara

Cheng Ho selaku utusan Dinasti Ming dari Cina pernah 6 kali menyambangi Nusantara dan meninggalkan sejumlah jejak, termasuk ajaran Islam.

Perjalanan Armada Laut Laksamana Cheng Ho ke Wilayah Nusantara
Ilustrasi Mozaik Periode Pelayaran Cheng Ho. tirto.id/Sabit

tirto.id - Tanggap 11 Juli 1405, tepat hari ini 616 tahun silam, adalah hari pertama kapal-kapal Cina di bawah komando Laksamana Cheng Ho mulai berlayar ke gugusan negeri antah-berantah. Samudra Barat, begitu mereka menyebut lautan luas yang kelak diberi nama Samudra Hindia, samudra yang melindungi Nusantara.

Dari situlah kemudian muncul cerita turun-temurun yang tersebar di sejumlah wilayah pesisir di Indonesia, dari Selat Malaka hingga sepanjang tepian Pantai Utara Jawa. Kisah tentang seorang laksamana gagah dari Dinasti Ming yang pernah singgah bersama armada besarnya. Orang Cina yang memimpin rombongan itu adalah Muslim sejak lahir.

Tidak banyak orang Cina yang memeluk Islam saat itu. Agama terbesar yang dianut rakyat pada masa Dinasti Ming adalah Buddha, kemudian Tao, Khonghucu, dan kepercayaan lokal. Sementara agama Islam hanya dianut oleh segelintir orang, salah satunya orang-orang dari Suku Hui.

Dari Kasim Menjadi Komandan Maritim

Nama aslinya Zheng He, kemudian dikenal sebagai Cheng Ho. Ia lahir di Yunnan pada 1371. Suku Hui adalah salah satu dari 5 suku terbesar di Cina. Kebanyakan orang Hui memeluk Islam karena kerap bersinggungan dengan saudagar dari Persia (Iran) dan Arab sejak abad ke-7 Masehi (Michael Dillon, China's Muslim Hui Community, 2013:45).

Tahun 1381, Yunnan diserbu oleh balatentara Dinasti Ming. Zheng He alias Cheng Ho yang saat itu masih berusia 10 tahun ikut tertangkap dan dibawa ke pusat pemerintahan Kekaisaran Cina di Nanjing. Di masa-masa itulah ia dikebiri dan menjadi kasim.

Cheng Ho ditugaskan sebagai pelayan di kediaman salah seorang pangeran Dinasti Ming, Pangeran Yan (Zhu Di) namanya, yang nantinya menjelma sebagai salah satu kaisar terbaik dalam sejarah Cina. Kesetiaan dan kecakapan Cheng Ho membuatnya tumbuh menjadi orang kepercayaan sekaligus penasihat sang pangeran (Louise Levathes, When China Ruled the Seas, 1996).

Pangeran Yan sering melibatkan Cheng Ho dalam banyak peristiwa penting, termasuk di berbagai pertempuran. Cheng Ho menjadi tangan kanan Pangeran Yan saat meraih kemenangan besar atas Mongol pada 2 Maret 1390 (Edward L. Dreyer, Zheng He: China and the Oceans in the Early Ming, 2007:16). Ia juga berperan besar dalam membantu sang pangeran merebut takhta Kekaisaran Cina.

Pangeran Yan akhirnya menduduki singgasana Dinasti Ming pada 1402 dan sejak saat itu dikenal sebagai Kaisar Yongle (1402-1424). Cheng Ho pun mendapat jabatan tinggi di kerajaan. Ia diangkat menjadi panglima yang paling diandalkan sang kaisar, jabatan yang membawanya menjadi laksamana penjelajah samudra, termasuk menyambangi Kepulauan Nusantara.

Misi Penjelajahan Samudra

Pada tahun ketiga masa pemerintahannya, Kaisar Yongle memerintahkan Cheng Ho untuk mengarungi lautan. Tujuan utama ekspedisi ini adalah memperluas pengaruh Cina di belahan benua lainnya, akan tetapi tidak memakai cara kekerasan, melainkan dengan jalan perdagangan dan saling bertukar buah tangan dengan negeri-negeri yang dikunjungi.

Armada yang dipersiapkan tidak sembarangan. Sebanyak 307 kapal dan lebih dari 27.800 orang dilibatkan dalam petualangan besar itu. Setidaknya 62 kapal besar, ditambah 190 kapal lain yang berukuran lebih kecil dan sisanya kapal-kapal tambahan. (Dreyer, 2007: 122-124).

Selain perbekalan yang terdiri dari berbagai macam barang, termasuk bahan pangan seperti sapi, kambing, dan ayam, kapal-kapal tersebut juga mengangkut komoditas yang akan dijual atau dibarter di negeri tujuan, seperti emas, perak, porselen, dan terutama kain sutera (Shih-Shan Henry Tsai, Perpetual Happiness: The Ming Emperor Yongle, 2002).

Akhirnya, perjalanan panjang pun dimulai. Armada laut raksasa pimpinan Laksamana Cheng Ho berlayar mengarungi samudra dan berlangsung dalam beberapa kali periode. Salah satu tujuan ekspedisi Dinasti Ming ini adalah mengunjungi kerajaan-kerajaan di daratan sekitar Samudra Hindia yang namanya telah samar-samar terdengar.

Infografik Mozaik Cheng Ho

Infografik Mozaik Periode Pelayaran Cheng Ho. tirto.id/Quita

Jejak Cheng Ho di Nusantara

Setidaknya ada 7 periode yang menjadi masa-masa pelayaran armada Cina yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho, berlangsung hampir mencapai tiga dekade, antara tahun 1405 hingga 1433. Sebagian besar dari periode itu, kapal-kapal niaga utusan Dinasti Ming singgah di berbagai negeri di kawasan Asia Tenggara, termasuk Nusantara.

Periode pertama (1405-1407), misalnya, armada Cheng Ho yang mengarungi Laut Cina Selatan mampu mencapai Jawa setelah terlebih dulu merapat di Champa (sekarang wilayah Vietnam). Dari pesisir utara Jawa, rombongan ini melanjutkan pelayarannya ke barat, menuju Sumatra, lalu menyusuri Selat Malaka, berlanjut ke Srilanka dan India, sebelum kembali ke Cina.

Sebagian besar dari 7 periode pelayaran armada Cheng Ho selalu mengunjungi Nusantara dan singgah bahkan menetap sejenak untuk berniaga di sejumlah wilayah, kecuali ekspedisi ke-6 (1421-1422) yang fokus untuk menjelajahi kawasan Afrika Timur dan Timur Tengah.

Kong Yuanzhi (2011:61) Cheng Ho Muslim Tionghoa: Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara mencatat beberapa wilayah atau kerajaan di Indonesia yang dikunjungi armada dari Dinasti Ming itu dalam periode berbeda, di antaranya adalah Jawa (Kerajaan Majapahit), Palembang, Aceh (Kerajaan Lamuri dan Samudera Pasai), Kalimantan, dan pulau-pulau lainnya di Nusantara.

Pada 1406, armada Cheng Ho mengunjungi Majapahit dengan berlabuh di Tuban. Selanjutnya menyusuri Pantai Utara Jawa dan singgah di beberapa kota pelabuhan, termasuk Semarang, Cirebon, dan Sunda Kelapa (Dhurorudin Mashad, Muslim Bali: Mencari Kembali Harmoni yang Hilang, 2014:80). Kapal-kapal Cina itu melanjutkan perjalanan ke barat dan sempat merapat di Palembang, Riau, Aceh, hingga Malaka.

Setelah itu, armada Cheng Ho beberapa kali ke Nusantara dalam periode yang relatif berdekatan, yakni pada 1408, 1409, 1413, dan 1416. Kunjungan terakhir Cheng Ho ke Nusantara adalah pada 1430, ketika usianya sudah hampir mencapai 60 tahun. Tiga warsa berselang, sang laksamana meninggal dunia.

Cheng Ho datang ketika Nusantara, terutama di Jawa dan Sumatra, sedang menatap masa peralihan dari era kerajaan Hindu-Buddha ke Islam. Cheng Ho disebut-sebut berperan penting dalam penyebaran ajaran Islam di Nusantara yang nantinya menjadi agama mayoritas di Indonesia meskipun ia adalah orang asli Cina, bahkan duta resmi Dinasti Ming.

==========

Versi awal artikel ini ditayangkan pada 11 Juli 2017. Redaksi melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk rubrik Mozaik.

Baca juga artikel terkait PENYEBARAN ISLAM atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Humaniora
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Irfan Teguh